Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Desa dengan Kearifan Lokal di Indonesia

Kompas.com - 03/08/2019, 15:49 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan beragam budaya dan tradisi.

Kekayaan ini salah satunya kekhasan sejumlah wilayah di Indonesia yang masih menjaga kearifan lokal.

Berikut ini beberapa desa dengan kearifan lokal yang ada di Indonesia:

1. Desa Penglipuran

Desa Penglipuran merupakan desa yang ada di Bangle, Bali.

Penglipuran adalah salah satu desa tua di Bali.

Keberadaan desa ini sudah ada sejak abad ke-18. Di Desa Penglipuran, ada akulturasi masyarakat Bali Aga dengan Bali Majapahit.

Desa ini terbentuk dari gabungan Desa Bayung Gede (Komunitas Bali Aga) dan Kerajaan Bangli (komunitas Bali Majapahit).

Baca juga: Mengenal Kearifan Lokal Laut Selatan, Tempat Legenda Nyi Roro Kidul

Keunikan Desa Penglipuran adalah adanya keseragaman pada bagian depan rumah dari ujung utama desa sampai bagian hilir desa.

Keunikan lain adalah adanya lorong dari satu rumah ke rumah lain yang saling berhubungan sebagai tanda keharmonisan kehidupan masyarakat.

2. Desa Sade Lombok

Desa ini berada di Rembitan, Kecamatan Puju, Lombok Tengah.

Ketika mendatangi desa ini, wisatawan akan menemui rumah-rumah warga asli Lombok yang merupakan suku Sasak.

Rumah-rumah di Desa Sade Lombok berupa rumah yang berdinding anyaman kayu, dan beratap alang-alang kering.

Keunikan lain dari tempat ini adalah setiap beberapa waktu sekali, lantainya dilumuri dengan kotoran kerbau.

Di Desa Sade juga ada tradisi perkawinan di mana ketika akan menikah pasangan harus diculik terlebih dahulu.

Warga desa ini masih sangat menjaga tradisi mereka. Anda akan mendapatkan sensasi tersendiri saat berkunjung ke desa ini.

3. Desa Wae Rebo

Keunikan Desa Wae Rebo adalah terdapatnya 7 rumah adat yang memiliki bentuk kerucut.

Dari sisi pariwisata, Desa Wae Rebo sudah terkelola dengan baik.

Jika berada di sini, wisatawan hanya akan menemukan penginapan yang terdiri dari 7 rumah adat.

Baca juga: Kearifan Lokal Petani Magetan, Pakai Burung Hantu untuk Basmi Hama Tikus

Rumah adat tersebut sudah bertahan selama 19 generasi yang disebut Mbaru Niang.

Bangunan rumah adat ini terbuat dari kayu dengan atap dari ilalang yang dianyam.

Bentuk Mbaru Niang mengerucut ke atas. Arsitektur masih tradisional dan sangat unik.

4. Desa Baduy

Desa Adat Baduy atau Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten adalah desa yang masih sangat menjaga tradisi.

Ada 65 kampung di Desa Kanekes yang terbagi menjadi Baduy Dalam dan Baduy Luar.

Baduy Dalam terdiri dari 3 kampung yakni Cikartawana, Cibeo, dan Cikeusik.

Saat berkunjung ke Desa Baduy, wisatawan bisa menikmati keindahan alam dan kearifan lokalnya yang ada.

Di Baduy Dalam, terdapat beberapa peraturan, yakni halaman tak boleh dilewati, tidak boleh ambil foto dan video, dan selama bulan Kawalu tertutup selama tiga bulan.

Jadi, pengunjung tidak boleh masuk ke Baduy Dalam saati bulan Februari hingga April.

Desa Baduy Dalam juga melarang para turis asing untuk masuk ke dalam.

5. Desa Trunyan

Jika umumnya masyarakat Bali memperlakukan jenazah dengan cara dibakar, maka warga Desa Trunyan, Bali tak melakukannya.

Trunyan adalah salah satu desa yang terletak di pinggir Danau Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.

Di Desa ini, jenazah tidak dikubur atau pun dibakar.

Tradisi unik yang mereka lakukan sejak turun temurun adalah membaringkan jenazah di atas tanah yang disebut Sema Wayah.

Jenazah dibiarkan hingga membusuk di permukaan tanah dangkal berbentuk cekungan panjang.

Posisi jenazah berjejer bersanding dengan yang lainnya, lengkap dengan pembungkus kain sebagai pelindung tubuh di waktu prosesi dan hanya menampakkan bagian muka dari celah bambu "Ancak Saji".

Ancak Saji merupakan anyaman bambu segitiga sama kaki yang berfungsi untuk melindungi jenazah dari serangan binatang buas.

6. Kampung Pitu

Kampung Pitu Nglanggeran, Gunungkidul , Yogyakarta, tergolong unik karena di kampung ini hanya terdapat 7 kepala keluarga.

Inilah yang membuat kampung ini berjuluk Kampung Pitu.

Kampung Pitu Nglanggeran hanya berjumlah 7 kepala keluarga karena ada kepercayaan bahwa setiap lebih dari 7 kepala keluarga, akan terjadi bencana atau peristiwa yang mengakibatkan jumlah KK kembali ke angka 7.

Hal inilah yang membuat masyarakat setempat percaya bahwa jumlah KK di Kampung Pitu harus  berjumlah 7.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Travel Update
10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

Travel Tips
Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com