JAKARTA, KOMPAS.com – Tradisi minum teh di tanah Jawa sudah berkembang dari zaman kolonial, salah satunya kerajaan.
Mereka memiliki tradisi minum teh sebagai perantara untuk berdiskusi dengan tamu yang dijamu.
Satu di antara kerajaan yang memiliki tradisi minum teh adalah Kadipaten Mangkunegaran atau yang sering disebut Praja Mangkunegaran.
Kadipaten Mangkunegaran adalah kerajaan otonom yang pernah berkuasa di daerah Surakarta sejak 1757 sampai dengan 1946.
Baca juga: Mengulik Sejarah Kampung Kauman Mangkunegaran...
Satrio Gunawan, seorang pecinta teh yang menggali tata cara atau tradisi minum teh di Praja Mangkunegaran membagikan langkah-langkah dan filosofi dari setiap tatanan dalam tradisi minum teh di Praja Mangkunegaran.
Saat menyampaikan seminar Asosiasi Teh Indonesia: Tea Etiquettes: From East To West di SIAL Interfood 2019, ia mengatakan bahwa ada satu tim peracik minuman yang dinamakan Jayeng.
"Ada yang namanya Jayeng itu tim pembuat minuman di Kadipaten, dari menyiapkan air, dan lain-lain itu namanya Jayeng, " ujar Gunawan.
"Setiap para tamu raja akan selalu disuguhkan teh yang diracik oleh para Jayeng," lanjutnya.
Baca juga: Pura Mangkunegaran, Keasrian Sejarah di Tengah Kota Solo
Jayeng terdiri dari peracik, orang yang menyeduh teh, lalu ada penguji yang bertugas untuk mencicipi, hingga mencium aroma teh apakah sudah memenuhi standar untuk dinikmati oleh raja dan tamunya.
Ada juga pelayan, abdi dalem perempuan yang bertugas menyajikan teh dari dapur hingga ruang tamu untuk dinikmati oleh raja dan tamunya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.