Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/11/2019, 12:10 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak diumumkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada Februari 2019, 10 destinasi halal unggulan di Indonesia terus menggeliat.

Menurut, Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Anang Sutono, masing-masing daerah menyiapkan regulasi hingga ekosistem untuk mendukung wisata halal.

Anang mencontohkan dua daerah yang dianggap memiliki tren positif, yakni Kepulauan Riau dan Lombok.

Kepulauan Riau, misalnya, Anang mengungkapkan, daerah tersebut mengembangkan paket wisata halal yang laku dibeli oleh wisatawan mancanegara seperti Malaysia dan Singapura.

Baca juga: Masjid di Pulau Penyengat, Konon Dibangun dengan Bahan Putih Telur

Masjid Sultan Riau di Pulau Penyengat, Tanjungpinang.KOMPAS.COM/AMBAR NADIA Masjid Sultan Riau di Pulau Penyengat, Tanjungpinang.
"Mereka punya masjid tua (Masjid Sultan Riau) di Penyengat Island, dia bundling Tanjung Pinang dengan masjid tua," kata Anang kepada Kompas.com di ISEF 2019, JCC, Jakarta.

Dalam wisata tersebut, ada story telling dan atraksi, sehingga menarik minat lebih pengunjung. 

Pada 2017, Kompas.com pernah berkunjung ke masjid tua ini. Letaknya sangat strategis, berada di dekat dermaga dan persis di depan gerbang bertuliskan "Selamat Datang".

Baca juga: 8 Paket Wisata Pulau Penyengat, Dari Tur Masjid Sampai Kelas Memasak

Bangunan tersebut nampak megah dari luar. Warnanya kuning mencolok dengan aksen hijau. Konon, masjid ini dibangun dengan bahan putih telur sebagai perekat.

Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Yang Dipertuan Muda VII Raja Abdurrahman tahun 1832. Ia merupakan cucu dari Raja Haji Fisabililah, pahlawan nasional Indonesia asal Riau.

Jumlah keseluruhan menara dan kubah di masjid ini ada 17 yang melambangkan rakaat shalat lima waktu sehari semalam.

Pemerintahan yang mendukung

Lombok Tengah, Kompas.com-Tradisi Bau Nyale adalah tradisi menangkap cacing laut, yang dipercaya  sebagai jelmaan Putri Mandalika, seorang putri cantik yang menceburkan dirinya ke laut lepas, karena tak menginginkan pertengkaran antar pangeran yang memperebutkan dirinya. kompas.com/fitri Lombok Tengah, Kompas.com-Tradisi Bau Nyale adalah tradisi menangkap cacing laut, yang dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika, seorang putri cantik yang menceburkan dirinya ke laut lepas, karena tak menginginkan pertengkaran antar pangeran yang memperebutkan dirinya.
Sementara itu, Lombok, sebagai destinasi halal unggulan, didukung oleh pemerintah setempat, mulai dari gubernur hingga DPRD Nusa Tenggara Barat.

Bahkan, masyarakat pun turut mendukung. 

Baca juga: Terasa, Dampak Positif Wisata Halal Lombok

"Orang Korea dan Jepang banyak yang datang (ke sana)," kata Anang.

Salah satu strategi yang dibangun adalah mengembangkan Muslim travel guide dan Muslim tour package

"Di Muslim travel guide dan tour package, mereka memberikan pandangan jelas kepada orang dan turis yang datang. Mereka bicara tentang Gunung Rinjani, pantai Kuta hingga julukan Pulau 1.000 Masjid," katanya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com