Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gereja Sion, Gereja Berusia 324 Tahun di Jakarta

Kompas.com - 24/12/2019, 22:03 WIB
Yana Gabriella Wijaya,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu Gereja tertua di Indonesia, Gereja Sion saat ini sudah menginjak umur 324 tahun.

Gereja Sion berada di Jalan Pangeran Jayakarta 1, pertemuan Jalan Pangeran Jayakarta dan Mangga Dua Raya, Jakarta Barat. Lokasinya sekira 200 meter dari Stasiun Kereta Api Jakarta Kota (Beos).

Baca juga: Berkunjung ke Gereja Berusia 271 Tahun di Jakarta Utara, Gereja Tugu

"Peletakan batu pertama pada 19 Oktober 1693, dan selesai dibangun 23 Oktober 1695" jelas Tasum pemandu wisata dari Gereja Sion saat ditemui di acara tur Wisata Bhineka Spesial Natal, Sabtu, (21/12/2019).

Pada zaman itu dikenal dengan nama Portugese Buitenkerk yang artinya “Gereja Portugis di Luar (Tembok Kota)". Sebab lokasi Gereja Sion saat itu berada di luar Benteng Batavia.

Dulunya, di luar tembok itu para tawanan VOC yang merupakan orang-orang Portugis merasa membutuhkan gereja untuk tempat beribadah.

Pieter Van Hoorn anak dari Gubenur Jenderal Hindia Belanda saat itu memutuskan untuk membangun Gereja tersebut.

Gereja Portugis berdiri untuk menggantikan pondok sederhana, tempat untuk belajar agama di tanah kuburan yang luas.

Jemaat gereja itu adalah umat Portugis Hitam yang kebanyakan tinggal di sekitar.

Portugis Hitam atau kaum Mardijker adalah sebutan bagi para tawanan dan budak Portugis yang dibawa VOC ke Batavia. Hal tersebut terjadi karena jatuhnya wilayah kekuasaan Portugis di India, Malaya, Sri Lanka, dan Maluku ke tangan Belanda.

Organ di Gereja SionKompas.com / Gabriella Wijaya Organ di Gereja Sion

Pada tur Wisata Bhineka Spesial Natal, Jelajah Gereja Kuno, Sabtu, (20/12/2019) Kompas.com memiliki kesempatan untuk masuk dan berkeliling Gereja Sion. Rombongan tur dari Wisata Kreatif Jakarta ini antusias saat sampai di Gereja.

Gereja dibangun dengan fondasi 10.000 batang kayu dolken atau balok bundar. Hal tersebut dilakukan saat itu agar gereja menjadi bangunan anti gempa.

Pembangunan gereja berdasarkan rancangan Mr E. Ewout Verhagen dari Rotterdam. Seluruh tembok bangunan terbuat dari batu bata yang direkatkan dengan campuran pasir dan gula tahan panas.

Gereja Sion dengan total luas luas 6.275 meter persegi ini mampu menampung hingga 1.000 jemaat. 

Baca juga: Gereja Santa Maria de Fatima di Glodok, Bangunan Gereja Mirip Klenteng

Saat ini bangunan gereja termasuk dalam bangunan cagar budaya golongan A yang dilindungi.

Di depan gereja terdapat lonceng tua yang tingginya nyaris 10 meter. Lonceng itu masih asli dari tahun 1675. Hingga saat ini lonceng dengan warna emas itu masih dipergunakan.

"Biasanya dulu dibunyikan kalau ada jemaat yang menikah, atau jenazah yang hendak dikubur," papar Tasum.

mimbar di Gereja SionKompas.com / Gabriella Wijaya mimbar di Gereja Sion

Ketika memasuki gereja, pengunjung seakan dibawa ke masa lampau. Sebelah kiri gereja terdapat organ tua dan sebelah kanan terdapat mimbar yang megah.

Interior Gereja masih mempertahankan keasliannya. Termasuk bangku dari eboni (kayu hitam), kursi majelis, cawan, kursi panjang. 

Ada pula lampu gantung besar (chandelier) dari tembaga kuning yang dilengkapi pemantul cahaya berbentuk perisai dihiasi lambang Batavia.

Mimbar gereja bergaya Barok karya H. Bruiyn juga termasuk perabotan asli Gereja. Kanopi yang menaungi mimbar ditopang dua tiang ulir dengan gaya ionic serta tiga tonggak perunggu dari mimbar.

Baca juga: Mengintip Gereja Immanuel, Gereja Para Petinggi Era Kolonial Belanda

Selain mimbar dan kubah, orgel (alat musik tiup embus) juga menjadi daya tarik Gereja Sion. Diletakkan di balkon seberang altar. Orgel pemberian putri Pendeta Maurits Mohr pada tahun 1800-an itu masih terpelihara dengan baik.

Bahkan Orgel masih dimainkan hingka kini, pada hari Minggu pertama tiap bulan, atau saat ibadah pemberkatan pernikahan.

Dulunya untuk memainkan orgel diperlukan tiga orang untuk mengoperasikannya.

Seorang memainkan tuts, dan dua orang lagi memutar tuas (engkol) roda dengan tali ban karet yang terhubung ke blower. Kini tidak perlu diputar lagi karena sudah memakai tenaga listrik.

Tepat di bawah balkon orgel terdapat tiga deret bangku gubernur jenderal dari pertengahan abad ke-17.

Bangku itu berasal dari Gereja Salib. Bangku tersebut digunakan para elit politik Hindia Belanda saat beribadah di Gereja Salib. Terdapat juga lampu gantung tua yang masih kuat menghiasi bagian dalam gereja.

Salah satu nisan di Gereja SionKompas.com / Gabriella Wijaya Salah satu nisan di Gereja Sion

Kawasan gereja ini dulunya adalah komplek kuburan Belanda. Tercatat dulu ada ribuan jenazah yang dimakamkan di sini.

Pada 1790 ada 2.381 jenazah dimakamkan di area Gereja, sekarang tersisa 11 nisan. Jenazahnya juga sudah dipindahkan.

Salah satunya adalah makam Gubernur Jendral Henric Zwaardecroon asal Rotterdam. Batu nisannya sangat bagus, terbuat dari batu gunung (blauwsteen) yang didatangkan dari Koromandel, India.

Nisan tersebut bisa dilihat di depan pintu masuk Gereja Sion. Kini Gereja Sion dapat dikunjungi oleh masyarakat umum. Untuk melihat keindahannya kamu bisa meminta izin terlebih dahulu dengan pihak Gereja.

Baca juga: Gereja Unik di Georgia, Terletak di Puncak Tebing Batu Curam

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com