Organ menghasilkan suara yang yang berasal dari alat pompa dan tanpa listrik. Gereja GPIB Immanuel berada di Jalan Medan Merdeka Tim., Gambir, Jakarta Pusat.
Gereja di bawah lindungan Santa Theresia ini merupakan salah satu generasi Gereja Katolik pertama di Jakarta. Gereja ini terletak di Jalan Gereja Theresia, Menteng, Jakarta Pusat.
Pada tahun 1930 kota Batavia diperluas dengan mengembangkan kawasan Menteng dan Gondangdia. Umat Katolik yang tinggal di dua kawasan itu harus berjalan kaki cukup jauh bila akan mengikuti misa di Gereja Katedral.
Pengurus Gereja Katedral lalu mencari lahan sampai akhirnya ditemukan sebidang tanah di Jl. Soendaweg (sekarang Jl. Gereja Theresia) untuk dibangun Gereja Katolik.
Tahun 1933, arsitek J. Th. Van Oyen ditugaskan pengurus Gereja Katedral Jakarta untuk membangun gedung gereja St.Theresian. Gereja tersebut dibangun tanpa tiang penyangga di tengah-tengah agar altar dapat terlihat dari segala arah.
Baca juga: Sejarah Gereja Santa Theresia Jakarta, Tak Lepas dari Gereja Katedral
Gereja bergaya Eropa ini selesai dibangun pada tahun 1934. Gereja dengan atap yang tinggi dan tidak memiliki penyangga menambah sejuk area dalam gereja.
Dalam gereja dihiasi dengan jendela kaca yang warna-warni, sehingga saat cahaya menembus masuk akan menghasilkan cahaya berbeda-beda.
Gereja Theresia mempunyai 3 pintu. Di atas setiap pintu terdapat jendela besar. Jendela besar di atas pintu utama menggambarkan St.Theresia.
Sementara di atas pintu samping menggambarkan St.Ignatius de Loyola (pendiri Serikat Jesus) dan St. Fransiscus Xaverius (pelindung Misi).
Di belakang altar pun terdapat jendela yang ukurannya lebih kecil dari jendela-jendela yang disebutkan di atas.
Jendela-jendela ini berjumlah 13 di mana yang ditengah menggambarkan Yesus dan kanan kirinya menggambarkan ke dua belas Rasul.
Baca juga: Gereja Santa Maria de Fatima di Glodok, Bangunan Gereja Mirip Klenteng
Dua patung macan yang khas dengan ornamen vihara berjejer di depan pintu masuk gereja. Gereja dengan atmosfer oriental ini berdiri di kawasan Glodok, Jakarta Barat.
Kawasan tersebut dikenal sebagai salah satu kawasan pecinan atau China Town di Jakarta.
Gereja Santa Maria de Fatima adalah sebuah gereja Katolik yang mempertahankan gaya bangunan khas Fukien atau Tiongkok Selatan. Gereja unik ini termasuk sebagai Cagar Budaya pada tahun 1972.
Konstruksi kayu, ukiran, warna merah dan emas, yang merupakan simbol warna khas Tionghoa mendominasi setiap sudut gereja, tak terkecuali pada altar gereja.
Empat pilar kayu yang berwarna merah berdiri menopang bagian altar. Di atasnya terdapat ukiran lukisan dari kayu yang mempelihatkan peristiwa Yesus disalib di Gunung Golgota.
Bagian mimbar untuk romo memimpin misa juga terdapat ukiran kayu yang khas Tionghoa.
Peletakan batu pertama pada 19 Oktober 1693 dan selesai dibangun 23 Oktober 1695. Pada zaman itu dikenal dengan nama Portugese Buitenkerk yang artinya “Gereja Portugis di Luar”.
Dulunya, di luar tembok itu para tawanan VOC yang merupakan orang-orang Portugis merasa membutuhkan gereja untuk tempat beribadah.