Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 25/05/2020, 19:09 WIB

DENPASAR, KOMPAS.com - Sektor pariwisata Bali lumpuh diterpa pandemi Covid-19. Hotel-hotel di Bali menjalankan berbagai upaya untuk tetap bertahan.

General Manager H Sovereign Bali, Made Ramia Adnyana mengatakan, di tengah pandemi Covid-19 ini, pihaknya berupaya menjual voucher kepada calon wisatawan dengan sistem bayar sekarang, menginap belakangan yang berlaku sampai tahun 2021.

“Kami sudah tidak memiliki cashflow lagi, agar pengusaha pariwisata bisa bertahan pemerintah harus hadir membantu dunia usaha di sektor pariwisata,” jelas Ramia saat menjadi pembicara dalam webinar bertajuk 'Survival Strategy Pelaku Pariwisata Bali dalam Mengadapi Krisis Pandemi Covid-19”, Rabu (20/5/2020), seperti dikutip dari TribunBali.

Baca juga: Pengamat Perhotelan Usulkan Future Booking untuk Bantu Isi Pemasukan Hotel

Menurut Ramia yang juga Wakil Ketua Umum 1 Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) ini, promosi yang bertajuk 'Pay Now, Stay Later' ini, cukup sukses memberikan pemasukan sehingga operasional hotel yang dipimpinnya masih bisa berjalan.

Promosi tersebut disebarkan kepada 3.000 agen pemasaran yang selama ini diajak kerja sama. Hingga akhir April 2020 sudah terjual sebanyak 500 voucher dan ditargetkan laku hingga 1500 voucher. Program Souverign Hotel Bali itu juga dilakukan oleh sejumlah hotel lainnya di Bali.

Turis asing terlihat sedang menikmati panorama alam Bali di kolam renang hotel. SHUTTERSTOCK/JOMNICHA Turis asing terlihat sedang menikmati panorama alam Bali di kolam renang hotel.

Dana operasional tetap berjalan

Ramia menjelaskan, pihak hotel di tengah pandemi Covid-19 ini menghadapi masalah yang berat karena harus mengeluarkan dana operasional dengan proporsi sekitar 40 hingga 45 persen untuk gaji karyawan dan 10 persen untuk membayar rekening listrik PLN.

Souverign Hotel, lanjutnya, harus merogoh uang untuk rekening listrik antara Rp 200 juta sampai Rp 260 juta per tahun.

Guna mengatasi ini, pihaknya mencoba melakukan negosiasi agar mendapat penundaan atau keringanan kepada PLN, tetapi hasilnya nihil.

PLN, katanya, juga mengalami kesulitan keuangan sehingga tidak bisa mengabulkan keinginan pengusaha pariwisata.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+