“Kalau bukan Designer Series biasanya lebih tipis. Kalau bawa air dingin atau panas, paling ketahanannya 3 – 4 jam,” ungkap Kiee.
“Terakhir saya beli yang Reserve, itu bisa tahan 12 jam. Bahkan 24 jam, es batunya masih bisa utuh di dalam. Sama tahan lama,” imbuhnya.
Sebagai souvenir
Berbeda dengan Kiee, Nanda Anisa Lubis mengatakan kepada Kompas.com, dirinya lebih senang mengoleksi edisi kota dan negara.
Hal ini dikarenakan berhubungan dengan hobinya yaitu melakukan perjalanan keliling Indonesia, serta ke beberapa negara di dunia. Menurutnya, membeli tumbler sama dengan membeli souvenir.
“Pertama kali beli kalau tidak salah yang Singapura. Kemudian saya traveling makin jauh, banyak tumbler yang kemudian dari negara-negara. Terutama Eropa karena kebanyakan ke sana,” ujar Nanda kepada Kompas.com.
Dia menuturkan, tumbler Starbucks terbilang unik. Terlebih yang memiliki nama negara dan kota. Setiap melakukan perjalanan, dia selalu membeli dua. Satu yang memiliki nama negara, satu yang memiliki nama kota.
Baca juga: 4 Menu Starbucks Ini Terinspirasi dari Kuliner Betawi, Sudah Coba?
Selain sebagai souvenir, Nanda juga menuturkan, sekitar 30 tumbler yang dimiliki juga dapat dijadikan sebagai pengingat dirinya pernah berkunjung ke mana saja.
“Malah mungkin jarang beli souvenir seperti magnet kulkas atau yang lain, tapi justru tumbler Starbucks walaupun enggak semua negara bisa beli karena enggak setiap negara ada Starbucks,” tutur Nanda.
Sempat diketawai barista
Dalam perjalanannya mengoleksi tumbler, Nanda mengatakan, dirinya pernah memiliki pengalaman menarik saat berada di Stockholm.
“Saya pernah diketawain sama barista di Stockholm karena borong empat tumbler sekaligus,” kata Nanda.
Saat memborong tumbler, dia memeluk semuanya sambil mengantre karena keadaan gerai sedang ramai.
“Barista langsung ngakak pas saya sampai di depan kasir untuk membayar. Ngakak dulu lalu bilang “Wow!” Kalau yang antre hanya ngeliatin dengan muka bertanya-tanya,” ungkap Nanda.
Selain Stockholm, Nanda juga punya pengalaman tersendiri saat berkunjung ke Norwegia. Saat itu, dirinya sedang berjalan dengan ibunya.
Namun di tengah perjalanan untuk kembali ke penginapan, dia melihat gerai Starbucks dan langsung mampir ke sana.
“Ibu saya manyun karena saya sempat-sempatnya masuk ke kedai Starbucks untuk beli tumbler padahal ibu saya sudah lelah berjalan seharian,” tutur Nanda.
Baca juga: Starbucks Indonesia Pakai Sedotan Kertas Mulai Februari 2020