"Nah, untuk itu, tubuh kita butuh adaptasi terlebih dahulu, agar tidak kaget saat mendaki dan terserang hipotermia," jelasnya.
Oleh karena itu, para pendaki juga harus menyiapkan fisik yang prima sebelum mulai mendaki. Selain itu, para pendaki juga wajib menyiapkan peralatan dan perbekalan selama pendakian.
"Perlengkapan juga harus memadai untuk kondisi ekstrem. Perbekalan juga harus bergizi, kualitas dan kuantitasnya memadai," terangnya.
2. Pahami penyakit-penyakit gunung
Salah satu hal yang ditekankan Rahman adalah pendaki perlu mengetahui dan memahami macam-macam penyakit di gunung misalnya hipotermia.
Ia melihat beberapa kejadian yang ada belakangan ini dan menimpa pendaki diduga karena hipotermia.
"Rata-rata ini gejala hipotermia ya. Jadi kita harus paham, pahami gejala sampai cara pencegahan, dan penanganan juga," kata Rahman.
Hipotermia saat di gunung bisa menyerang siapa saja. Diberitakan Kompas.com, 23 Juli 2019, korban hipotermia biasanya kondisi tubuhnya kaku, sehingga susah untuk menerima makanan dan minuman.
Baca juga: Cara Tangani Hipotermia Bukan Dengan Cara Disetubuhi, Ini Penjelasan Ahlinya...
Tubuh kaku dicirikan dengan mengatupnya mulut korban.
3. Pastikan satu teman berpengalaman ketika mendaki
Selain menyiapkan manajemen perjalanan, Rahman menjelaskan bahwa jika ingin mendaki gunung, dalam satu tim atau rombongan ada satu orang berpengalaman dan paham kondisi medan pendakian, serta memahami ilmu tentang pendakian.
Tak hanya itu, ia juga menekankan pentingnya kebersamaan dan menjaga satu sama lain selama pendakian.
"Di lapangan juga harus saling jaga satu sama lain, disiplin, jaga sikap, hindari terpisah dalam rombongan," jelasnya.
Pendapat senada juga dikatakan Sekretaris Jenderal Federasi Mountaineering Indonesia (FMI) Dwi Bahari. Ia menerangkan pentingnya pengecekan kelompok selama pendakian dan melapor kepada ketua kelompok jika ada anggota yang berpisah.
"Ada baiknya lapor kepada ketua kelompok saat berpisah dari kelompok dan saling mengecek kondisi tim satu sama lain," ujar Dwi.