KOMPAS.com – Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan bahwa dipangkasnya libur akhir tahun 2020 memengaruhi industri perhotelan.
“Pasti berpengaruh karena pemotongan hari libur akan berdampak ke pengurangan target okupansi hotel,” kata dia kepada Kompas.com, Kamis (3/12/2020).
Maulana melanjutkan, hotel-hotel menentukan target okupansi untuk libur panjang tersebut melalui berapa lama hari libur.
Baca juga: Seperti Apa Panggilan Baku untuk Tamu Hotel?
Namun dengan adanya pengurangan tiga hari pada 28-30 Desember, hal tersebut tentu akan mengurangi target okupansi.
“Langkahnya, kita harus ikut (kebijakan pemerintah). Yang kita bisa lakukan adalah beri masukan, tapi begitu masukan diberikan, tidak diimplementasikan. Kita harus terima,” Sambung dia.
Menurut Maulana, kebijakan yang diambil pemerintah memengaruhi rasa percaya diri masyarakat untuk melakukan pemesanan kamar hotel.
Hal ini lantaran kebijakan pemangkasan libur panjang dinilai tidak konsisten. Masyarakat pun dirasa akan enggan untuk kembali melakukan pemesanan dari jauh hari.
Baca juga: Tren Pemesanan Hotel dalam 3 Bulan Terakhir, Booking Dadakan
“Dari saat PSBB dadakan (jilid dua) ,reservasi sudah kacau. Orang-orang yang sudah reservasi untuk kegiatan di hotel langsung batalkan dan bingung melaksanakan kegiatan di mana,” ungkap Maulana.
Menurut dia, hal semacam itu merupakan acaman bagi hotel karena menghilangkan reservasi. Masyarakat akan trauma dengan kebijakan pemerintah seperti itu.
Bakal terjadi pembatalan pemesanan kamar
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.