Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Sejarah Monumen Selamat Datang, Sambut Asian Games 1962

Kompas.com - 31/01/2022, 12:39 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

Ilustrasi Bundaran HI, Jakarta Pusat Ilustrasi Bundaran HI, Jakarta Pusat

KOMPAS.com - Salah satu ikon Jakarta adalah Monumen Selamat Datang yang berada di tengah-tengah Bundaran HI (Hotel Indonesia). Monumen ini menyimpan perjalanan sejarah yang panjang.

Beberapa waktu lalu, Kompas.com melihat langsung monumen berupa sepasang manusia yang sedang menggenggam bunga dan melambaikan tangan ini. Tepatnya pada Minggu (23/01/2022) dalam wisata Jakarta Walking Tour.

Ternyata, Monumen Selamat Datang merupakan salah satu dari banyaknya bangunan yang dibuat untuk menyambut Asian Games pada tahun 1962.

"Tugu Selamat Datang bertujuan menyambut delegasi atlet dan ofisial Asian Games ke-4. Ini karena mereka semua juga menginap di Hotel Indonesia (yang ada di samping monumen)," papar pemandu tur, Farid, Minggu.

Baca juga: Cerita Api Abadi Mrapen yang Padam, Kerajaan Majapahit hingga Api Obor Asian Games

Maka, konsep patung ini memang melambangkan keramahan dan keterbukaan warga Indonesia dalam menyambut para delegasi. Bunga yang ada di genggaman patung sendiri adalah simbol persahabatan.

Lalu, mengapa arah patungnya menghadap utara?

"Monumen ini menghadap utara untuk menyambut delegasi Asian Games dari berbagai negara yang turun di Bandara Kemayoran," lanjut Farid, yang tergabung dalam Jakarta Good Guide.

Ia menambahkan, Bandara Kemayoran beroperasi dari tahun 1940-1985. Baru kemudian penerbangan sipil dipindahkan ke Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng.

Sehingga, para delegasi Asian Games yang datang dari Bandara Kemayoran lalu menuju penginapan di Hotel Indonesia, dapat merasakan disambut oleh monumen ini.

Baca juga: Indonesia Punya 30 Bandara Internasional, Mana Saja?

Proses pembuatan Monumen Selamat Datang

Monumen Selamat Datang di Bundaran HI, Jakarta PusatKompas.com/Faqihah Muharroroh Itsnaini Monumen Selamat Datang di Bundaran HI, Jakarta Pusat

Pembuatan Monumen Selamat Datang digagas langsung oleh Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno.

"Jadi, ide monumen datang langsung dari presiden pertama RI, Soekarno. Beliau memang menyukai patung-patung," jelas Farid.

Sementara rancangan dan desain awalnya dikerjakan oleh seniman sekaligus Wakil Gubernur Jakarta saat itu, Henk Ngantung.

Ternyata, Henk Ngantung ditunjuk oleh Soekarno sebagai Wakil Gubernur, salah satunya karena ia ingin menjadikan Jakarta sebagai kota yang kaya akan seni.

Henk Ngantung sendiri merupakan seniman berbakat yang juga bisa melukis, salah satu peninggalan lukisannya yang terbesar bisa dilihat di Galeri Nasional.

Baca juga: Spot Instagramable di Galeri Nasional Indonesia

Untuk diketahui, zaman dahulu posisi pemangku kebijakan memang menggunakan sistem penunjukan, bukan pemilihan suara seperti saat ini.

Kemudian pembangunannya digarap oleh seorang pematung muda bernama Edhi Sunarso. Selain Monumen Selamat Datang, ia juga membuat Monumen Pembebasan Irian Barat di Lapangan Banteng dan Monumen Dirgantara di Pancoran.

"Pak Henk Ngantung yang mendesain, lalu dibuat oleh Edhi Sunarso, seorang maestro patung Indonesia," kata Farid.

Mereka berdua konon merupakan sahabat karib Soekarno, sehingga diminta untuk melakukan kolaborasi, lanjut dia.

Baca juga: 14 Tempat Bersejarah di Jakarta Pusat, Ada Museum dan Taman

Desain monumen mendapat koreksi dari Soekarno

Warga Jakarta yang berjalan-jalan dan menikmati Bundaran HI sambil berfoto-foto. Serta pedagang yang menjual makanan atau minuman di depan trotoar Plaza Indonesia. Kompas.com/Faqihah Muharroroh Itsnaini Warga Jakarta yang berjalan-jalan dan menikmati Bundaran HI sambil berfoto-foto. Serta pedagang yang menjual makanan atau minuman di depan trotoar Plaza Indonesia.

Soekarno dikenal sebagai kepala negara yang memiliki selera seni tinggi dan sangat detail.

Saat pembuatan maket Monumen Selamat Datang, Soekarno memberikan permintaan agar patungnya sedikit diperkecil. Dari awalnya tujuh meter akhirnya dipotong menjadi lima meter.

"Kalau yang buat undakannya itu Friedrich Silaban. Arsitek kepercayaan Bung Karno yang juga membuat Masjid Istiqlal," papar dia.

Selain Masjid Isqitlal, Friedrich juga dikenal sebagai pembuat rancangan Monumen Pembebasan Irian Barat.

Baca juga: Sejarah Masjid Istiqlal, Masjid Terbesar di Asia Tenggara

Sejauh pemantauan Kompas.com, area di sekitar Bundaran HI kini cukup ramai diisi oleh warga yang berjalan-jalan. Umumnya mereka mengambil foto, duduk-duduk, atau membeli jajanan yang ada di pinggir trotoar.

Sebelum pandemi Covid-19, area ini rutin dijadikan tempat hiburan atau acara khusus di momen-momen tertentu, misalnya ketika car free day (CFD) atau malam tahun baru.

Air mancur yang mengelilingi monumen juga memancar dengan apik, dihiasi langit biru cerah Kota Jakarta. Area ini memang cocok dijadikan tempat jalan-jalan sore yang santai, terutama saat akhir pekan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Travel Update
Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Travel Update
Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com