KOMPAS.com - Salah satu ikon Jakarta adalah Monumen Selamat Datang yang berada di tengah-tengah Bundaran HI (Hotel Indonesia). Monumen ini menyimpan perjalanan sejarah yang panjang.
Beberapa waktu lalu, Kompas.com melihat langsung monumen berupa sepasang manusia yang sedang menggenggam bunga dan melambaikan tangan ini. Tepatnya pada Minggu (23/01/2022) dalam wisata Jakarta Walking Tour.
Ternyata, Monumen Selamat Datang merupakan salah satu dari banyaknya bangunan yang dibuat untuk menyambut Asian Games pada tahun 1962.
"Tugu Selamat Datang bertujuan menyambut delegasi atlet dan ofisial Asian Games ke-4. Ini karena mereka semua juga menginap di Hotel Indonesia (yang ada di samping monumen)," papar pemandu tur, Farid, Minggu.
Baca juga: Cerita Api Abadi Mrapen yang Padam, Kerajaan Majapahit hingga Api Obor Asian Games
Maka, konsep patung ini memang melambangkan keramahan dan keterbukaan warga Indonesia dalam menyambut para delegasi. Bunga yang ada di genggaman patung sendiri adalah simbol persahabatan.
Lalu, mengapa arah patungnya menghadap utara?
"Monumen ini menghadap utara untuk menyambut delegasi Asian Games dari berbagai negara yang turun di Bandara Kemayoran," lanjut Farid, yang tergabung dalam Jakarta Good Guide.
Ia menambahkan, Bandara Kemayoran beroperasi dari tahun 1940-1985. Baru kemudian penerbangan sipil dipindahkan ke Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng.
Sehingga, para delegasi Asian Games yang datang dari Bandara Kemayoran lalu menuju penginapan di Hotel Indonesia, dapat merasakan disambut oleh monumen ini.
Baca juga: Indonesia Punya 30 Bandara Internasional, Mana Saja?
Pembuatan Monumen Selamat Datang digagas langsung oleh Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno.
"Jadi, ide monumen datang langsung dari presiden pertama RI, Soekarno. Beliau memang menyukai patung-patung," jelas Farid.
Sementara rancangan dan desain awalnya dikerjakan oleh seniman sekaligus Wakil Gubernur Jakarta saat itu, Henk Ngantung.
Ternyata, Henk Ngantung ditunjuk oleh Soekarno sebagai Wakil Gubernur, salah satunya karena ia ingin menjadikan Jakarta sebagai kota yang kaya akan seni.
Henk Ngantung sendiri merupakan seniman berbakat yang juga bisa melukis, salah satu peninggalan lukisannya yang terbesar bisa dilihat di Galeri Nasional.
Baca juga: Spot Instagramable di Galeri Nasional Indonesia
Untuk diketahui, zaman dahulu posisi pemangku kebijakan memang menggunakan sistem penunjukan, bukan pemilihan suara seperti saat ini.
Kemudian pembangunannya digarap oleh seorang pematung muda bernama Edhi Sunarso. Selain Monumen Selamat Datang, ia juga membuat Monumen Pembebasan Irian Barat di Lapangan Banteng dan Monumen Dirgantara di Pancoran.
"Pak Henk Ngantung yang mendesain, lalu dibuat oleh Edhi Sunarso, seorang maestro patung Indonesia," kata Farid.
Mereka berdua konon merupakan sahabat karib Soekarno, sehingga diminta untuk melakukan kolaborasi, lanjut dia.
Baca juga: 14 Tempat Bersejarah di Jakarta Pusat, Ada Museum dan Taman
Soekarno dikenal sebagai kepala negara yang memiliki selera seni tinggi dan sangat detail.
Saat pembuatan maket Monumen Selamat Datang, Soekarno memberikan permintaan agar patungnya sedikit diperkecil. Dari awalnya tujuh meter akhirnya dipotong menjadi lima meter.
"Kalau yang buat undakannya itu Friedrich Silaban. Arsitek kepercayaan Bung Karno yang juga membuat Masjid Istiqlal," papar dia.
Selain Masjid Isqitlal, Friedrich juga dikenal sebagai pembuat rancangan Monumen Pembebasan Irian Barat.
Baca juga: Sejarah Masjid Istiqlal, Masjid Terbesar di Asia Tenggara
Sejauh pemantauan Kompas.com, area di sekitar Bundaran HI kini cukup ramai diisi oleh warga yang berjalan-jalan. Umumnya mereka mengambil foto, duduk-duduk, atau membeli jajanan yang ada di pinggir trotoar.
Sebelum pandemi Covid-19, area ini rutin dijadikan tempat hiburan atau acara khusus di momen-momen tertentu, misalnya ketika car free day (CFD) atau malam tahun baru.
Air mancur yang mengelilingi monumen juga memancar dengan apik, dihiasi langit biru cerah Kota Jakarta. Area ini memang cocok dijadikan tempat jalan-jalan sore yang santai, terutama saat akhir pekan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.