Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Biaya Konservasi Taman Nasional Komodo Capai Rp 5,8 Juta Per Tahun?

Kompas.com - 29/06/2022, 16:19 WIB
Wasti Samaria Simangunsong ,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hasil kajian Daya Dukung Daya Tampung Taman Nasional Komodo (TNK), Nusa Tenggara Timur (NTT), yang dilakukan oleh sejumlah tim ahli menunjukkan, peningkatan aktivitas wisata di TNK sejak tahun 2010 mengakibatkan hilangnya nilai jasa ekosistem.

"Dari data yang ada, ternyata nilai jasa ekosistem Pulau Komodo ini cukup tinggi, kurang lebih hampir Rp 23 triliun di tahun 2045. Kalau kunjungan tidak dibatasi dan melebihi kapasitas yang ditentukan, 292.000 orang, maka nilai jasa ekosistem yang hilang bisa mencapai (Rp) 11 triliun," kata Kepala Kajian Daya Dukung Daya Tampung TNK, Irman Firmansyah dalam konferensi pers di kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta, Senin (27/6/2022).

Baca juga: 29 Bayi Komodo di Kebun Binatang Surabaya: Secercah Harapan

Oleh sebab itu, sebagai kompensasi dari setiap kunjungan wisata ini, diperoleh perhitungan biaya konservasi berkisar antara Rp 2.943.730 sampai dengan Rp 5.887.459 per tahun.

Lantas, untuk apa saja biaya tersebut nantinya?

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Kompas Travel (@kompas.travel)

Irman menjelaskan, biaya tersebut akan digunakan untuk sejumlah kegiatan konservasi yang mencakup pemulihan habitat komodo, termasuk penanaman pohon yang dipakai oleh bayi-bayi komodo untuk berlindung dari serangan komodo dewasa.

Sebagai informasi, komodo sendiri dapat memangsa komodo kecil yang masih bayi, sehingga menyebabkan populasi komodo yang sanggup bertahan hingga dewasa hanyalah sekitar 10 persen dari jumlah telur yang dihasilkan. Adapun komodo betina bisa menghasilkan 15-30 butir telur.

Berikutnya akan dilakukan pula transplantasi terumbu karang, pembangunan water point untuk menjaga kelembaban di titik habitat yang disukai satwa di kawasan TNK, serta melakukan pemantauan kualitas air di kawasan tersebut.

"Untuk pemulihan tanaman sebagai habitat komodo, penanaman terumbu karang. Akan ada transplantasi terumbu karang tiga tahun sekali kurang lebih 150 hektare. Ini kan butuh pembiayaan," jelas dia.

Ternyata, tingginya aktivitas wisata juga turut memengaruhi kenaikan suhu di kawasan TNK, yang berdampak terhadap pemutihan terumbu karang.

Di sisi lain, akan dilakukan pula pemantauan kapal wisata ilegal yang kerap keluar masuk membawa wisatawan.

Kapal ilegal ini sering dijadikan sebagai tempat penginapan, sehingga berdampak terhadap menurunnya okupansi penginapan di hotel-hotel setempat.

Baca juga:

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com