JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Taman Nasional Komodo (TNK) Lukita Awang menyebutkan adanya sejumlah perubahan pada perilaku biawak komodo seiring meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan.
Hasil penelitian menunjukkan, komodo yang berada di kawasan wisata tampak lebih dekat dengan manusia dan kewaspadaannya pun menurun.
Baca juga: TN Komodo Akan Berlakukan Tiket Online Mulai 1 Agustus 2022
Hal ini sangat berbeda dengab tahun 1960-an. Saat itu, populasi pemukiman dan manusia masih sedikit. Sehingga, ketika mencium aroma tubuh manusia, komodo akan langsung menghindar.
"Ternyata komodo di tempat wisata itu perilakunya berubah, kewaspadaannya berkurang. Dia cenderung dekat dengan manusia."
"Sementara yang di tempat non-wisata, dia (komodo) setiap melihat manusia akan menjauh," kata Lukita dalam konferensi pers di Gedung Manggala Wanabakti, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Jakarta, Senin (27/06/2022).
Selain perubahan perilaku, jumlah kunjungan juga berpengaruh pada massa tubuh komodo.
Selama 2010 hingga 2019, tim pengurus TN Komodo melakukan penelitian seiring dengan angka kunjungan wisata yang terus naik.
Baca juga: Kapal yang Keluar-Masuk TN Komodo Harus Kantongi Izin Balai
Dari penelitian tersebut, ditemukan perbedaan antara massa tubuh komodo yang hidup di dalam dengan di luar area wisata.
"Di kawasan wisata bisa mencapai 100 Kilogram (Kg). Sementara yang berada di luar tempat wisata, masih di area taman nasional paling besar ukurannya sekitar 80 Kg," terang Lukita.
Dampaknya, sejak 2017, atraksi memberi makan biawak komodo pun dihentikan lantaran dianggap akan mengubah perilaku satwa liar ini.
View this post on Instagram
Sementara itu, Tim Ahli Kajian Daya Dukung Daya Tampung Berbasis Jasa Ekosistem di TNK, Irman Firmansyah mengatakan, ukuran tubuh komodo yang gemuk akan berdampak pada kemampuan berburu mereka.
"Kalau misalnya komodo menjadi agak sulit bergerak, artinya kemampuan menangkap mangsanya akan lambat," jelas Irman.
Baca juga: Pesona Pulau Kalong di TN Komodo, Habitat Ribuan Kelelawar
Jika dibiarkan, hal ini akan berpengaruh terhadap keseimbangan rantai makanan dan ekosistem di TNK.
"Bisa saja berdampak pada mangsa komodo yang membludak karena pergerakan komodo sudah lambat," kata Irman.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.