Lebih lanjut, Pitana menjelaskan tata cara melukat secara umum. Singkatnya, ritual ini dimulai dengan sembahyang, lalu mengganti pakaian dengan kain khas Bali.
Kemudian, menyirami diri dengan air dari pancuran, yang urutannya bervariasi tergantung masing-masing tempat.
Baca juga: Itinerary Wisata ala Delegasi KTT G20 di Bali, Bisa Kamu Coba
Usai melukat, wisatawan akan bilas dan berganti pakaian bersih di kamar mandi, lalu lanjut sembahyang. Terakhir, dipercikkan air suci oleh petugas atau pendeta Hindu setempat.
"Khusus Umat Hindu, bisa membawa sajen untuk dihaturkan saat sembahyang sebelum mulai melukat," ujarnya.
Menurut Pitana, beberapa tempat untuk melukat, di antaranya sungai, mata air, pura, laut, pancuran, dan air yang dibuat oleh pendeta Hindu di rumahnya.
Selain itu, ada beberapa tempat melukat yang cukup populer di kalangan wisatawan, antara lain Pura Tirta Empul di Kecamatan Tampaksiring, Pura Beji Dalem Pingit di Kecamatan Tegalalang, dan Pura Mengening di Kecamatan Tampaksiring.
Baca juga: 6 Fakta Desa Penglipuran Bali, Akan Dikunjungi Delegasi G20
Ada beberapa ketentuan atau aturan yang harus dipatuhi saat menjalani melukat. Aturan ini biasanya hampir sama antara satu tempat dengan tempat lain.
Perempuan yang sedang datang bulan tidak diperbolehkan, lalu harus berpakaian sopan dan mengganti dengan kain khas Bali saat akan melukat.
Baca juga: 8 Hotel Mewah di Bali yang Disiapkan untuk Delegasi G20
Kemudian, tidak mandi dengan sabun, odol, atau sampo. Tidak boleh berbicara sembarangan seperti mengumpat atau berkata kotor, dan menjaga sikap menghargai budaya lokal.