Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/11/2022, 08:08 WIB
Louis Brighton Putramarvino,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Baru-baru ini, tersiar kabar bahwa Singapura, Thailand, Malaysia, dan Brunei Darussalam akan mendaftarkan kebaya masuk daftar warisan budaya UNESCO.

Dilansir dari Kompas.com (24/11/2022), Dewan Warisan Nasional (NHB) Singapura mengatakan kebaya merupakan pakaian tradisional perempuan yang populer di wilayah tersebut.

Baca juga: Singapura Akan Daftarkan Kebaya sebagai Warisan UNESCO Bersama 3 Negara Lainnya

“(Kebaya) mewakili dan merayakan sejarah bersama di wilayah tersebut, mempromosikan pemahaman lintas budaya dan terus hadir serta secara aktif diproduksi dan dikenakan oleh banyak komunitas di Asia Tenggara,” bunyi pernyataan NHB.

Baca juga: Pramugari Garuda Indonesia Kenakan Kebaya Anne Avantie di Rute Spesial

Nominasi tersebut rencananya akan diserahkan ke UNESCO tahun depan, tepatnya pada Maret 2023.

Asal-Usul kebaya

Menurut Ketua Prodi Kriya Tekstil Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Sebelas Maret Surakarta Theresia Widyastuti, kebaya awalnya muncul bersamaan dengan kerajaan di Nusantara yang fungsinya menjadi pakaian bagi perempuan di kalangan bangsawan.

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Kompas.com (@kompascom)

Awalnya, perempuan di Nusantara hanya menggunakan kain panjang sebagai kemban. Jika ditelusuri lebih jauh, mereka bahkan hanya menggunakan kain panjang di bagian pinggang ke bawah, sementara bagian dadanya terbuka.

Baca juga: Peringati Hari Kartini, Wisman di Bali Pakai Kebaya dan Sanggul

“Sejalan dengan waktu, perempuan khususnya yang merupakan anggota keluarga raja, menutupi bagian atas tubuhnya dengan blus tanpa kancing. Sementara di bagian dalamnya tetap menggunakan kain panjang yang dililitkan dari ketiak hingga mata kaki,” jelas Theresia kepada Kompas.com pada Jumat (25/11/2022).

Dalam perkembangannya, kebaya mulai dipakai semua perempuan. Mereka menggunakannya sebagai pakaian bagian atas, sementara bagian bawahnya menggunakan kain panjang yang disebut jarit di Jawa.

Kebaya juga dipakai di luar Indonesia

Namun, penggunaan pakaian kebaya ternyata tidak hanya dilakukan para perempuan di Indonesia.

Kebaya Bali dikenakan dalam acara resepsi di Swiss beberapa waktu lalu. 
Dokumen Rifani Suherman Kebaya Bali dikenakan dalam acara resepsi di Swiss beberapa waktu lalu.

Beberapa negara di luar Indonesia pun juga memakai pakaian tersebut, seperti kawasan Singapura, Brunei Darussalam, dan Malaysia, bahkan seluruh Asia Tenggara.

“Bentuk blus sederhana seperti kebaya ini juga dipakai oleh perempuan di luar Nusantara. Di China, Malaysia, Singapura, bahkan di seluruh Asia Tenggara,” sambung Theresia.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com