Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/12/2022, 11:13 WIB

KOMPAS.com - Museum Katedral yang berada persis di belakang gereja Katedral Jakarta, Pasar Baru, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat, menyimpan ratusan koleksi yang menjadi saksi masuknya agama Katolik Roma ke Tanah Air.

Diresmikan sejak 28 April 1991, hingga kini museum itu terbuka bagi siapa saja yang ingin mengunjunginya, baik umat katolik maupun agama lain.

Baca juga:

"Museum ini diresmikan pada 28 April 1991, dan sejak itu memang dibuka untuk umum, tanpa biaya masuk," kata Kepala Museum Katedral Jakarta sekaligus Humas Gereja Katedral dan Keuskupan Agung Jakarta Susyana Suwadie kepada Kompas.com, Jumat (2/12/2022).

Namun akibat pandemi Covid-19 yang merebak pada 2020, museum sempat tutup sementara. Lalu, per 5 Juli 2022, Museum Katedral kembali dibuka dengan membatasi jumlah pengunjung, hanya 25 orang saja dalam satu kali kunjungan.

Koleksi Museum Katedral Jakarta

Secara keseluruhan, museum yang terdiri dari dua lantai ini dibagi dalam sembilan ruang atau zona, guna mempermudah alur kunjungan.

Zona pertama, yakni Zona Ruang Penerima, berisi penjelasan seputar sosok Pastor Rudolphus Kurris sebagai pendiri Museum Katedral, sekaligus kepala paroki pertama Gereja Katedral Jakarta.

Salah satu koleksi Museum Katedral Jakarta, yakni replika perahu yang digunakan Pastor P. Bonnike saat dirinya tewas di Selat Lowotobi, Pulau Flores tahun 1889.Kompas.com/Wasti Samaria Simangunsong Salah satu koleksi Museum Katedral Jakarta, yakni replika perahu yang digunakan Pastor P. Bonnike saat dirinya tewas di Selat Lowotobi, Pulau Flores tahun 1889.

Di ruang ini pengunjung bisa melihat beberapa barang peninggalan sang pastor dalam sebuah etalase, seperti jubah dan mesin tik.

Zona kedua ialah Zona Panorama Sejarah. Pengunjung bisa menonton tayangan singkat berdurasi 11 menit seputar kisah pendirian gereja katolik, serta bagaimana agama Katolik dibawa masuk para misionaris ke Indonesia, sampai ke masa keuskupan saat ini.

Berikutnya, sambil berjalan melewati lorong, pengunjung bisa membaca cerita masa demi masa selayang pandang sejarah masuknya agama katolik di timur Indonesia sampai periode cikal bakal terjadinya sebuah Keuskupan Agung Jakarta.

Baca juga: 7 Tradisi Perayaan Natal Unik Dunia, Pakai Sepatu Roda saat Kebaktian

"Agar orang mengerti, bagaimana perkembangan agama Katolik Roma yang berpusat di Vatikan itu berada di Indonesia, khususnya Keuskupan Agung Jakarta ini," ujar Susy.

Lalu, ada pula Zona Gereja Bawah Tanah yang mengisahkan masa sebelum ada gembala atau pemimpin jemaat, sehingga ibadah dilakukan sembunyi-sembunyi dari Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang berkuasa saat itu.

Dijelaskan bahwa perusahaan dagang Belanda ini membawa agama Protestan dan menekan penyebaran agama katolik, serta melarang adanya kegiatan ibadah umat katolik di seluruh daerah kekuasaannya.

Koleksi koper kuno yang digunakan para misionaris zaman dulu saat akan menyebarkan agama katolik ke Tanah Air.Kompas.com/Wasti Samaria Simangunsong Koleksi koper kuno yang digunakan para misionaris zaman dulu saat akan menyebarkan agama katolik ke Tanah Air.

Melangkah sedikit, pengunjung akan memasuki Zona Prefektorat, Vikariat dan Episkopat. Terdapat foto para pemimpin dari ketiga periode tersebut dengan sekilas latar belakang kehidupan masing-masing tokoh.

Lalu ada Zona Koleksi Katedral, yang menceritakan khusus pendirian Gereja Katedral Jakarta pada 121 tahun lalu, mulai dari sejarahnya, buku baptis pertama para umat, hingga buku pemberkatan pernikahan pertama.

Baca juga: Chillax Sudirman, Tempat Nongkrong Baru di Jakarta Selatan

Kemudian ada Ruang Mini Teater berkapasitas 40 orang, untuk melihat film-film rohani terkait agama katolik. 

Namun untuk saat ini audio teater masih dalam proses perbaikan, sehingga pemutaran film dihentikan sementara waktu.

Relikwi berupa potongan tulang tokoh suci yang mati martir

Naik ke lantai dua, pengunjung akan menemukan ruang Zona Masa Lalu dalam Pustaka yang memamerkan koleksi buku-buku tua dan benda seputar paduan suara tertua di Katedral Jakarta.

Beberapa pengunjung Museum Katedral Jakarta, pada Jumat (2/12/2022).Kompas.com/Wasti Samaria Simangunsong Beberapa pengunjung Museum Katedral Jakarta, pada Jumat (2/12/2022).

Paduan Suara Sesilia, namanya, mereka bernyanyi saat pemberkatan Katedral Jakarta pada tanggal 21 April 1901.

Kemudian, memasuki ruang Zona Kemartiran, ini cukup menarik, sebab pengunjung bisa melihat beragam benda suci (relikwi) peninggalan orang-orang suci yang mati martir atau orang yang mati dalam memperjuangkan kebenaran agama.

Ada yang dalam bentuk potongan tulang sebagai relikwi tingkat satu. Kemudian ada pula dari potongan benda-benda yang sering dikenakan para tokoh suci ini yang disebut relikwi tingkat dua, ditaruh dalam liontin.

Relikwi dalam liontin yang berisi beberapa potongan benda suci peninggalan para tokoh suci yang mati martir, salah satunya adalah potongan tulang dari tokoh bernama Santo Petrus.Kompas.com/Wasti Samaria Simangunsong Relikwi dalam liontin yang berisi beberapa potongan benda suci peninggalan para tokoh suci yang mati martir, salah satunya adalah potongan tulang dari tokoh bernama Santo Petrus.

"Itu kotak timah hitam, isinya potongan tulang milik para martir, namanya Santo Petrus dan itu sempat ditanam di bawah altar gereja pertama Katedral," tutur Susy.

Ruang berikutnya dinamakan Zona Kunjungan. Pada zona ini tampak beberapa benda kenang-kenangan dari dua orang Paus yang dulunya pernah berkunjung ke gereja Katedral Jakarta.

"Ruangan ini sangat istimewa, karena menyimpan foto dan benda-benda yang diberikan sebagai hadiah kenangan dari dua orang Paus untuk Gereja Katedral, tahun 1970 dan 1989," terangnya.

Bahkan, kata Susy, ada pula surat kaleng yang berisi ancaman terhadap keselamatan jiwa Paus Johanes Paulus ke II saat kunjungannya ke Indonesia, tahun 1989, seperti surat dari teroris.

Monstrans Gaya Barok dari tahun 1700, di Museum Katedral Jakarta.Kompas.com/Wasti Samaria Simangunsong Monstrans Gaya Barok dari tahun 1700, di Museum Katedral Jakarta.

Berikutnya ialah ruang Zona Liturgi, yang memperlihatkan benda-bena peninggalan seperti jubah, baju uskup orang Indonesia pertama, dan lain sebagainya.

Zona terakhir yaitu Zona Peninggalan Abad 17 sampai 19. Di ruang ini, salah satu koleksi tertuanya berupa Monstrans buatan tahun 1700-an.

Ini adalah salah satu alat liturgi yang dipakai dalam misa khusus seperti misa Jumat pertama setiap bulan, dan penghormatan Sakramen Maha Kudus.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

11 Tempat Liburan di Pangalengan, Ada Rumah Film “Pengabdi Setan”

11 Tempat Liburan di Pangalengan, Ada Rumah Film “Pengabdi Setan”

Jalan Jalan
Indahnya Panorama 360 Derajat di Menara Pandang Masjid Agung Madaniyah Karanganyar

Indahnya Panorama 360 Derajat di Menara Pandang Masjid Agung Madaniyah Karanganyar

Jalan Jalan
7 Fakta Tradisi Meugang di Aceh Jelang Idul Adha 

7 Fakta Tradisi Meugang di Aceh Jelang Idul Adha 

Jalan Jalan
Masjid Agung Madaniyah di Karanganyar yang Megah seperti Masjid Nabawi

Masjid Agung Madaniyah di Karanganyar yang Megah seperti Masjid Nabawi

Jalan Jalan
Syarat Naik Kapal Pelni per Juni 2023, Wajib Sudah Vaksin Booster

Syarat Naik Kapal Pelni per Juni 2023, Wajib Sudah Vaksin Booster

Travel Update
4 Tips ke Pameran Perlengkapan Outdoor INDOFEST 2023, Datang Pagi Hari

4 Tips ke Pameran Perlengkapan Outdoor INDOFEST 2023, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Apa Itu Penyakralan Air Berkah dalam Perayaan Waisak?

Apa Itu Penyakralan Air Berkah dalam Perayaan Waisak?

Travel Update
Ramainya INDOFEST 2023, Pengunjung Sampai Harus Antre Masuk Toko

Ramainya INDOFEST 2023, Pengunjung Sampai Harus Antre Masuk Toko

Travel Update
Perayaan Waisak Hari Kedua, Ada Pensakralan Air Berkah di Candi Mendut

Perayaan Waisak Hari Kedua, Ada Pensakralan Air Berkah di Candi Mendut

Jalan Jalan
Desa Wisata Kreatif Terong, Punya Tempat Wisata Bekas Tambang Timah

Desa Wisata Kreatif Terong, Punya Tempat Wisata Bekas Tambang Timah

Jalan Jalan
10 Tempat Liburan di Bogor, Banyak Destinasi Baru yang Hits 

10 Tempat Liburan di Bogor, Banyak Destinasi Baru yang Hits 

Jalan Jalan
Hari Kedua INDOFEST 2023, Perlengkapan Mendaki Gunung Masih Diburu

Hari Kedua INDOFEST 2023, Perlengkapan Mendaki Gunung Masih Diburu

Travel Update
Jam Buka Taman Surya di Surabaya yang Bisa Dikunjungi Masyarakat Umum

Jam Buka Taman Surya di Surabaya yang Bisa Dikunjungi Masyarakat Umum

Travel Tips
Indonesia Jadi Destinasi Wisata Halal Terbaik Dunia 2023

Indonesia Jadi Destinasi Wisata Halal Terbaik Dunia 2023

Travel Update
Harga Tiket Kapal Pelni Naik hingga 100 Persen per 1 Juli 2023

Harga Tiket Kapal Pelni Naik hingga 100 Persen per 1 Juli 2023

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+