KULON PROGO, KOMPAS.com – Mengeksplorasi Kalurahan Banguncipto, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menjadi kegiatan pada hari terakhir bagi para peserta post tour ASEAN Tourism Forum (ATF) 2023.
Para delegasi dari beberapa negara menjelajahi Banguncipto sambil mengayuh sepeda tua sejauh sekitar 10 kilometer (km).
Baca juga:
Peserta post tour merupakan warga negara berbeda-beda, seperti dari Rusia, Laos, dan India. Mereka menyusuri jalan sempit, melintas rel kereta tanpa palang pintu, menyusur pinggiran irigasi, hingga membelah sawah.
Termasuk juga mampir ke rumah-rumah penduduk menikmati keramahan lokal.
Pengalaman itu membangkitkan kesan baik pada para peserta sehari sebelum terbang kembali ke negaranya.
“Dengan bersepeda ada sesuatu yang istimewa,” kata Sergei dari Rusia di tengah rehat bersepeda, Selasa (7/2/2023).
Sergei, lima tahun tinggal di Bali. Ia fasih berbahasa Indonesia.
Baca juga:
Laki-laki bertubuh tinggi besar ini menikmati mampir ke rumahwarga yang tengah membuat emping melinjo, memanen padi, hingga menenun stagen.
Sejumlah pengalaman itu membuat dirinya berniat kembali ke Banguncipto kelak bersama tamu-tamunya yang berasal dari Rusia.
"Bagus dan menarik melihat semua kerajinan (tenun) ini. Saya pikir tamunya akan suka,” kata Sergei.
“Cuma saja panas sekali, lebih baik kalau pagi atau sore hari," kata Sergei kemudian.
Post tour ATF 2023 mengenalkan wisata Kulon Progo di pedesaan yang bisa dinikmati dengan cara bersepeda. Mereka dipandu para pemandu dari Towilfiets, penyedia jasa wisata bersepeda di Kulon Progo.
Muntowil atau Towil menjadi penggerak wisata bersepeda ini.
Towil mengungkapkan, biasanya bersepeda bersama Towilfiets menyusur desa antara 15-20 kilometer (km). Hal ini bisa dilakoni tiga hingga empat jam lamanya.
Baca juga:
Dalam perjalanan itu, mereka selalu spontan melakukan banyak hal, seperti mampir ke rumah warga, turun ke sawah bahkan ke sekolah.
“Kami kenalkan yang ada di Banguncipto, dari panen padi, sayur mayur, pembuatan emping, stagen tradisional, pembuatan ketupat dan tempe."
"Inilah sebuah destinasi kearifan lokal yang berkembang di wilayah ini," kata Towil.
Laki-laki gondrong asal Boyolali ini berharap, pertemuan ini berlanjut dengan kerja sama dari para buyer, sehingga Banguncipto makin dikenal sebagai salah satu tujuan wisata kearifan lokal.
Baca juga: Itinerary Keliling Yogyakarta Seharian ala Delegasi ATF 2023
Towilfiets banyak dikunjungi wisatawan Eropa. Mereka berharap wisatawan dari Asia juga terus meningkat.
"Pengunjung kami rata-rata Eropa, tapi target kami juga Asia. Dari ini harus disampaikan pada dunia bahwa kearifan lokal dasar pangan untuk perkembangan kota," kata Towil.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.View this post on Instagram
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.