1. Maket makam Sultan Iskandar Muda
Makam Sultan Iskandar Muda terletak dekat Krueng Daroy, yang bersebelahan dengan Meuligoe Banda Aceh, kediaman resmi Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam, dan berdampingan dengan Museum Aceh.
Makam ini sempat dihilangkan jejaknya oleh Belanda sewaktu berlangsungnya Perang Aceh. Pada 19 Desember 1952, lokasi makam Sultan Iskandar Muda itu bisa ditemukan kembali dengan petunjuk yang telah diberikan oleh bekas permaisuri seorang Sultan Aceh bernama Pocut Meurah.
Saat ini Makam Sultan Iskandar Muda dijadikan obyek wisata religi oleh rakyat Banda Aceh.
2. Maket makam I Gusti Ngurah Rai
I Gusti Ngurah Rai adalah pahlawan nasional dari Bali. Diawali dengan perjalanan pendidikannya pada masa kecil, I Gusti Ngurah Rai memilih untuk mengawali pendidikan formalnya di Holands Inlandse School (HIS) di Bali.
Setelah tamat dari HIS, ia melanjutkan ke MULO (setingkat Sekolah Menengah Pertama) di Malang, lalu memperdalam kemiliterannya di Gianyar, dan pendidikan arteri Malang.
I Gusti Ngurah Rai membentuk Tentara Keamanan Rakyat Sunda Kecil dan di Bali, serta memiliki pasukan bernama Ciung Wanara.
I Gusti Ngurah Rai meninggal pada usia 29 tahun dan memperoleh gelar pahlawan nasional berdasarkan SK Presiden RI No. 63/TK/1975 tanggal 9 Agustus 1975.
3. Maket makam Sentot Alibasyah P.Ngr
Kompleks makam pendiri Kota Pekanbaru, Marhum Pekan, merupakan cagar budaya yang terdapat di Kota Pekanbaru, tepatnya di Kelurahan Kampung Bandar, Kecamatan Senapelan.
Kompleks makam ini pemakaman keluarga Kerajaan Siak yang pernah memerintah di Kota Pekanbaru. Dulu masyarakat yang bermukim di sekitar area ini lebih mengenal makam dengan sebutan pekuburan Masjid Raya atau Kuburan Raja.
Pada tahun 2004, makam ini berubah namanya menjadi Komplek Makam Marhum Pekan lantaran ada makam Marhum Pekan, sang pendiri Kota Pekanbaru. Kompleks makam tersebut pun sering dikunjungi wisatawan sebagai obyek wisata sejarah dan religi.
Baca juga: Cerita di Balik 20 Nisan di Museum Taman Prasasti Jakarta
4. Makam Tolobali
Makam Tolobali terletak satu kilometer ke arah utara Kota Bima, tepatnya di wilayah Tolobali. Di tempat ini erdapat makam beberapa Sultan Bima dan tokoh agama.
Makam tersebut, antara lain makam Sultan Abul Kair Sirajudin (Sultan Bima II), makam Sultan Nurudin Abubakar Alisya (Sultan Bima III), makam Sultan Jamaluddin (Sultan Bima IV), dan makam Syekh Umar Albantani (guru dan penyiar agama Islam di wilayah Kesultanan Bima).
Untuk menuju Makam Tolobali, dapat dijangkau dengan jalan kaki atau menggunakan benhur (kereta kuda khas Bima).
5. Maket makam Raden Patah
Raden Patah adalah seorang keturunan bangsawan dari raja Majapahit yang ke-11, yaitu Raden Kerta Bumi.
Ibunya keturunan Champa (sekarang di perbatasan Kamboja dan Vietnam) yang beragama Islam. Dalam pemerintahannya, Raden Patah banyak dibantu oleh Walisongo yang beberapa di antaranya memiliki kekerabatan dengan ibunya.
Raden Patah meninggal tahun 1518 dan digantikan oleh menantunya, Pati Unus.
6. Maket Makam Pangeran Antasari
Pangeran Antasari adalah seorang pejuang perang Banjar tahun 1859-1865 dalam melawan Belanda. Beliau sakit dan meninggal pada 11 Oktober 1862 di Desa Baiyan Bengok, di daerah Puruk Cahu, Kalimantan Tengah.
Pada tanggal 11 November 1958, makamnya dipindahkan ke kompleks Makam Pahlawan Nasional di Jalan Masjid Jami Banjarmasin, dan pada 27 Maret 1968 Pangeran Antasari ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Kemerdekaan.
Makam Pangeran Antasari memiliki nisan berbentuk bulat mengerucut ke atas, dengan jirat dari pasangan keramik berlantai batu pualam.
Makam diberi cungkup dan sekelilingnya dipagar besi. Lingkungan dalam kompleks makam sebelah timur adalah makam istrinya.
Baca juga: 4 Fakta Museum Taman Prasasti Jakarta, Bekas Pemakaman Orang Asing
7. Maket tokoh Palembang
Makam para tokoh penting di Palembang ini terdiri dari jirat dan nisan. Jiratnya terbuat dari kayu unglen yang disusun berjajar berbentuk persegi panjang, mirip tubuh candi dengan hiasan antefiks di bagian sudut-sudutnya.
Sementara itu, nisan berjumlah dua buah berbentuk segi empat pipih.
Makam ditempatkan di satu cungkup (rumah kubur), dengan denah segi empat dengan konstruksi tiang kayu. Tiang-tiang kayu berdiri di sebuah umpak terbuat dari bata. Terdapat hiasan seperti gerigi di bagian pelipitnya.
Selain itu, ada pula maket makam M.H. Thamrin yang dikenal sebagai Abang Betawi lewat jasa-jasanya dalam membangun perkampungan di Jakarta.
Lalu, ada maket makam Sunan Gunung Jati, hingga maket kompleks pemakaman La Tenri Ruwa sang Raja Bone ke XI.