Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/03/2023, 09:20 WIB

KOMPAS.com - Jika tengah berada di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat, kamu bisa menemukan sebuah bangunan empat lantai dengan bercat merah-kuning.

Berada di Jalan Lautze No 87-89, bangunan ini ternyata masjid yang didirikan oleh warga keturunan China.

Baca juga: Seharian Berkunjung ke 4 Masjid Tionghoa di Jakarta Barat dan Utara

Bentuknya tidak seperti masjid kebanyakan. Tidak ada kubah atau menara di atasnya.

Desainnya pun mirip bangunan khas China, dilengkapi corak mencolok layaknya kelenteng. 

Didirikan Yayasan Karim Oei

Salah satu pengurus masjid bernama Yusman mengatakan, Masjid Lautze didirikan oleh Yayasan Haji Karim Oei, yang merupakan nama seorang tokoh nasional keturunan China. 

Pengurus Yayasan Karim Oei bernama Yusman menjelaskan sejarah Masjid Lautze yang bernuansa Tionghoa di Pasar Baru, Jakarta Pusat.KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI Pengurus Yayasan Karim Oei bernama Yusman menjelaskan sejarah Masjid Lautze yang bernuansa Tionghoa di Pasar Baru, Jakarta Pusat.

"Sosok pak Karim Oei dikenal sebagai three-in-one, beliau dikenal sebagai pebisnis yang sangat sukses, dikenal juga sebagai pejuang pas jaman penjajahan, serta tokoh agama setelah menjadi mualaf," ujar Yusman kepada Kompas.com, Minggu (26/2/2023).

Bersama Soekarno dan beberapa tokoh lainnya, kata dia, Karim Oei menyumbangkan harga dan tenaganya sebagai pejuang nasionalis sekaligus bergerak dalam keislaman. 

Baca juga:

Saat Haji Karim tutup usia pada 1988, salah seorang anaknya yakni Alim Karim beserta sahabat-sahabatnya mendirikan yayasan untuk mengenang beliau. 

Masjid Lautze pun diresmikan pada tahun 1991 oleh yayasan yang menggunakan nama Karim Oei. Salah satu tokoh yang mewakafkan hartanya untuk masjid ini adalah Presiden ketiga Republik Indonesia, BJ Habibie. 

"Jadi masjid Lautze didirikan sama beberapa tokoh ormas Islam, ada dari NU, Muhammadiyah, dan lain-lain, mereka sepakat mendirikan mendirikan yayasan Karim Oei dan membangun masjid ini," terangnya.

Masjid Lautze yang bernuansa Tionghoa di Pasar Baru, Jakarta Barat. KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI Masjid Lautze yang bernuansa Tionghoa di Pasar Baru, Jakarta Barat.

Selain sebagai pemimpin Muhammadiyah saat itu, kata Yusman, Karim Oei juga mewariskan sejumlah peninggalan.

Di antaranya menjadi bendahara saat awal pembangunan Masjid Istiqlal dan pendiri Kampus YARSI di Cempaka Putih. 

Menyebarkan pembauran dan dakwah ke warga China

Lebih lanjut, Yusman menjelaskan, pendirian yayasan di kawasan pecinan tersebut salah satunya untuk menyampaikan dakwah ke warga keturunan China.

"Tujuannya ingin menyampaikan informasi Islam, utamanya kepada saudara kita dari kalangan Tionghoa, jadi dipilihlah lingkungannya di pecinan ini," ujar dia. 

Maka dari itu, diharapkan Masjid Lautze dapat memudahkan warga China yang ingin mengetahui tentang Islam, menggali lebih dalam soal Islam, atau bahkan yang sudah berniat memeluk agama ini. 

Baca juga: Pesona Masjid Ramlie Musofa di Jakarta Utara, Megah bagai Taj Mahal

Masjid Lautze yang bernuansa Tionghoa di Pasar Baru, Jakarta Pusat. KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI Masjid Lautze yang bernuansa Tionghoa di Pasar Baru, Jakarta Pusat.

Selain itu, kata dia, tujuan lainnya adalah untuk menuntaskan masalah pembauran, khususnya antara warga pribumi dan non-pribumi serta antar-etnis dan agama. 

"Keberadaan Karim Oei ini dalam rangka memberikan sumbangsih kepada bangsa Indonesia untuk menuntaskan masalah pembauran. Pembauran di Indonesia masih agak sensitif, membedakan pribumi dan non -ribumi, masih jaga jarak," terang Yusman. 

Oleh karena itu, tokoh-tokoh ormas Islam tadi mendirikan yayasan Kaim Oei dengan tujuan menjembatani perbedaan, agar masyarakat bisa saling membaur. 

Baca juga: 5 Tempat Wisata Religi di Samarinda, Ada Masjid Tertua dan Terbesar

Apalagi, Yusman mengungkapkan bahwa banyak warga China mualaf yang berasal dari lingkungan dan keluarga dengan perbedaan agama serta budaya yang tinggi. 

"Dalam keluarga mereka itu biasanya berbeda-beda ada yang Islam, Buddha, Konghucu, nah bagaimana mereka bisa rukun dan bertoleransi, bagaimana kita meramunya, bagaimana bisa hidup berdampingan," tutur dia. 

Masjid Lautze yang bernuansa Tionghoa di Pasar Baru, Jakarta Pusat. KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI Masjid Lautze yang bernuansa Tionghoa di Pasar Baru, Jakarta Pusat.

Makna bangunan Masjid Lautze yang unik

Dari luar, perpaduan warna merah, kuning, dan hijau nampak kental di Masjid Lautze. Saat masuk, desain pintu dan warna-warnanya juga didominasi warna merah. 

Usai melewati pintu, pengunjung akan menemui mimbar yang jadi satu dengan ruang utama. Nuansa warna hijau, kuning, dan merah lagi-lagi menyambut mata. 

Yusman mengatakan, warna masjid memang mirip dengan wihara, selain karena berbeda tujuannya juga agar terdapat kedekatan sehingga para mualaf China tidak merasa canggung. 

Baca juga: Makna Arsitektur Masjid Istiqlal, Lambang Nasionalisme dan Agama

Lantai 4 ruang pertemuan dan belajar di Masjid Lautze yang bernuansa Tionghoa di Pasar Baru, Jakarta Pusat. KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI Lantai 4 ruang pertemuan dan belajar di Masjid Lautze yang bernuansa Tionghoa di Pasar Baru, Jakarta Pusat.

"Masjid di Indonesia kan gayanya umumnya timur tengah, jadi biar beda, bagaimana kita membungkusnya biar beda, warnanya mungkin agak mencolok ya, khas merah dan kuning. Enggak apa-apa biar pada datang," ujarnya sambil tertawa. 

Adapun sejumlah kaligrafi bertuliskan huruf Arab dan tulisan Mandarin berjejer rapi di dinding masjid. Menurut Yusman, kaligrafi tersebut asli dari Negeri Tirai Bambu. 

Baca juga:

Bangunan ini terdiri dari empat lantai, dengan ruang pertama merupakan tempat ibadah untuk laki-laki.

Naik ke lantai dua, ada ruang ibadah perempuan lengkap dengan toilet dan tempat wudhu. 

Sementara itu, lantai tiga adalah kantor pengurus, dan lantai empat adalah aula pertemuan sekaligus ruang belajar. 

Asal muasal nama Masjid Lautze

Masjid Lautze yang bernuansa Tionghoa di Pasar Baru, Jakarta Pusat. KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI Masjid Lautze yang bernuansa Tionghoa di Pasar Baru, Jakarta Pusat.

Tak hanya bangunan yang unik, pemilihan nama Lautze juga memiliki alasan kedekatan terhadap warga China mualaf. 

Selain karena berlokasi di Jalan Lautze dan kawasan pecinan, Yusman menyebut para pendiri yayasan ingin agar warga China tidak merasa canggung saat berkunjung. 

Baca juga: Mampir ke Mushala Babah Alun di Kolong Tol, Kental Nuansa Tionghoa

"Biasanya masjid pakai bahasa Arab, tapi kita pakai nama mandarin. Sehingga kita juga tampilnya dengan suasana di China sana, agar mereka enggak merasa canggung dan familiar," terang Yusman. 

Lebih lanjut, katanya, Masjid Lautze juga sangat terbuka bagi pengunjung non-muslim yang sekadar ingin diskusi atau berbagi tentang agama. 

Kaligrafi bertuliskan huruf arab dan mandarin di Masjid Lautze yang bernuansa Tionghoa di Pasar Baru, Jakarta Pusat. KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI Kaligrafi bertuliskan huruf arab dan mandarin di Masjid Lautze yang bernuansa Tionghoa di Pasar Baru, Jakarta Pusat.

Bahkan, tak sedikit pengunjung dari luar negeri yang sengaja datang untuk berdiskusi soal pembauran.

Fakta bahwa Masjid Lautze berada di tengah kawasan pecinan namun bisa menjembatani perdamaian, disebut menjadi hal yang unik. 

Baca juga: Uniknya Masjid Hidayatullah di Jakarta Selatan, Sajikan Akulturasi 4 Budaya

"Dari penelitian mahasiswa, Alhamdulillah hasilnya cukup baik. Baik dari warga sekitar yang diwawancara, maupun tempat ibadah, tokoh agama, pemerintahan, semua menyambut baik keberadaan Masjid Lautze ini," kata Yusman. 

Bagi yang ingin berkunjung, Masjid Lautze berlokasi di Jalan Lautze Nomor 87-89, Kecamatan Sawah Besar. Masjid ini hanya buka saat jam kerja, yaitu dari Senin-Jumat pukul 08.00-17.00 WIB.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Kursi KA Ekonomi Dimodifikasi, Tak Lagi Tegak 90 Derajat

Kursi KA Ekonomi Dimodifikasi, Tak Lagi Tegak 90 Derajat

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Perpustakaan Nasional, Bawa Uang Tunai

4 Tips Berkunjung ke Perpustakaan Nasional, Bawa Uang Tunai

Travel Tips
Rute Transportasi ke Perpustakaan Nasional, Naik Transjakarta dan KRL

Rute Transportasi ke Perpustakaan Nasional, Naik Transjakarta dan KRL

Travel Tips
Pendakian Arjuno-Welirang Tutup Sementara per 27 Mei 2023, Imbas Kebakaran Hutan

Pendakian Arjuno-Welirang Tutup Sementara per 27 Mei 2023, Imbas Kebakaran Hutan

Travel Update
6 Tradisi Perayaan Waisak di India, Tanah Kelahiran Sang Buddha 

6 Tradisi Perayaan Waisak di India, Tanah Kelahiran Sang Buddha 

Jalan Jalan
Harga Tiket dan Jam Buka Pameran Keris Kuno Era Majapahit di Yogyakarta

Harga Tiket dan Jam Buka Pameran Keris Kuno Era Majapahit di Yogyakarta

Travel Tips
Animalium BRIN Cibinong, Belajar Seputar Hewan Saat Libur Sekolah

Animalium BRIN Cibinong, Belajar Seputar Hewan Saat Libur Sekolah

Jalan Jalan
5 Tips Pilih Hotel untuk Liburan Sekolah, Pilih yang Ramah Anak

5 Tips Pilih Hotel untuk Liburan Sekolah, Pilih yang Ramah Anak

Travel Tips
Dukung Waisak 2023, Batik Air Sediakan 63.360 Kursi Menuju Yogya dan Solo

Dukung Waisak 2023, Batik Air Sediakan 63.360 Kursi Menuju Yogya dan Solo

Travel Update
Lokasi Ndalem Poenakawan di Yogyakarta, Tempat Pameran Keris Era Majapahit dan Mataram Islam

Lokasi Ndalem Poenakawan di Yogyakarta, Tempat Pameran Keris Era Majapahit dan Mataram Islam

Travel Tips
7 Penginapan Murah Dekat Candi Borobudur, Rp 100.000-an Per Malam 

7 Penginapan Murah Dekat Candi Borobudur, Rp 100.000-an Per Malam 

Hotel Story
Pengalaman Berburu Buku Murah di Big Bad Wolf 2023, Buku Impor Tak Banyak

Pengalaman Berburu Buku Murah di Big Bad Wolf 2023, Buku Impor Tak Banyak

Jalan Jalan
Rute ke Monumen Gempa Yogya di Bantul, Searah ke Pantai Parangtritis

Rute ke Monumen Gempa Yogya di Bantul, Searah ke Pantai Parangtritis

Travel Tips
Monumen Gempa di Bantul, Pusat Gempa Yogya 17 Tahun Lalu

Monumen Gempa di Bantul, Pusat Gempa Yogya 17 Tahun Lalu

Jalan Jalan
Jadwal Terbaru KA Bandara Soekarno-Hatta per 1 Juni 2023

Jadwal Terbaru KA Bandara Soekarno-Hatta per 1 Juni 2023

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+