KOMPAS.com - Museum Subak jadi salah satu tempat untuk mengenal lebih jauh kearifan lokal dan budaya masyarakat di Bali, khususnya soal subak.
Secara singkat, subak adalah lembaga tradisional di bidang pertanian. Lembaga ini sudah ada sejak abad XI, dikutip dari laman resmi museum.
Baca juga:
"Jadi subak ini diartikan sebagai sebuah organisasi sosial yang mengatur sistem irigasi secara tradisional yang sudah turun-temurun dilaksanakan di Bali, yang mana sistem dari subak itu sendiri didasari oleh konsep Tri Hita Karana," terang kepala UPTD Museum Subak, Si Putu Putra Eka Santi, dilansir dari Antara, Senin (3/4/2023).
Adapun Tri Hita Karana termasuk falsafah Hindu dengan tiga sub-sistem yakni hubungan manusia dengan Tuhan (Parahyangan), hubungan manusia dengan sesamanya (Pawongan), dan hubungan manusia dengan alam (Palemahan).
Baca juga: Tri Hita Karana, Falsafah Hindu yang Sejalan dengan Wisata Berkelanjutan
Bila ingin berkunjung ke Museum Subak, simak informasi terkait jam buka, aktivitas, dan harga tiket masuknya berikut ini:
Museum Subak beralamat di Jalan Gatot Subroto Nomor 5b, Banjar Anyar, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan.
Dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai jaraknya 31-34 kilometer dengan durasi berkendara kira-kira 1 jam 30 menit.
Baca juga: 54 Tempat Wisata di Bali Tengah, Banyak Destinasi Alam Terbuka
Museum ini beroperasi pada hari Senin-Kamis pukul 08.00-15.30 Wita, dan hari Jumat pukul 08.00-12.30 Wita.
Harga tiket masuk Museum Subak untuk wisatawan nusantara mulai Rp 5.000 untuk anak dan Rp 10.000 untuk orang dewasa, sedangkan untuk wisatawan mancanegara mulai Rp 10.000 untuk anak dan Rp 15.000 untuk orang dewasa.
Museum Subak diresmikan pada tahun 1991 oleh Gubernur Kepala Daerah Tingat I Bali, Prof. Dr. Ida Bagus Mantra.
Wisatawan bisa melihat berbagai koleksi terkait subak, termasuk peralatan tradisional yang digunakan, mulai dari alat pemotong hingga alat pembajak sawah.
Mereka juga bisa mengetahui soal sistem irigasi subak dan pengolahan sawah secara menyeluruh, mulai dari membuka lahan hingga upacara ritual keagamaan.
Baca juga:
Wisatawan juga bisa menjumpai patung Dewi Sri, simbol dewi padi atau dewi kesuburan, di dalam museum.
Terdapat pula replika pembagian air irigasi, lengkap dengan alat-alatnya, serta miniatur rumah tradisional petani di Bali.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.