Menambahkan dari buku Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Hindia Belanda (2019) terbitan Balai Pustaka, dijelaskan bahwa dalam perjalanannya melakukan penggalangan dana, Dokter Wahidin bertemu dengan Soetomo, yaitu salah satu pelajar Stovia.
Pada pertemuan tersebut, Soetomo berbincang dengan Dokter Wahidin mengenai kekagumannya dengan sosok tersebut sebagai seorang dokter hebat dan seorang pemimpin redaksi media massa.
Baca juga: Pengalaman Masuk Asrama Pelajar Stovia di Museum Kebangkitan Nasional
Hingga pada akhirnya, perbincangan tersebut mengarah ke bahasan tentang nasib bangsa Indonesia di bawah kendali penjajah Hindia Belanda dan keinginan mereka untuk melawan penjajah.
Dari pertemuan tersebut, Dokter Wahidn dan Soetomo menemukan satu kesamaan misi untuk memperjuangkan kemerdekaan, khususnya di bidang pendidikan.
"Mereka (Dokter Wahidin dan Soetomo) memilih cara yang lebih halus, tidak menggunakan otot untuk melawan, tetapi kecerdasan otak," kata Titis.
Karena prinsipnya, Wahidin menilai jika masyarakat Indonesia cerdas dan maju dari segi pendidikan, maka tidak akan mudah dikendalikan oleh bangsa Belanda.
Misi perjuangan ini rupanya juga dipegang oleh para pelajar Stovia yang tinggal di asrama.
Maka dari itu, guna memperkuat rasa perjuangan, maka pada 20 Mei 1908 di ruang anatomi, gedung Stovia, dibentuklah sebuah organisasi bernama Budi Oetomo.
Baca juga: 5 Ide Spot Foto di Museum Kebangkitan Nasional, Ada Ruang Pameran
Pendirian organisasi Budi Oetomo ini melibatkan sembilan pelajar Stovia, yaitu Soetomo, Mohammad Soelaiman, Soeradji Tirtonegoro, Mohammad Saleh, Gondo Soewarno, Goenawan Mangoenkoesoemo, RM Goembrek, M Soewarno, dan Angka Prodjosoedirjo.
Pada saat didirikan, organisasi Budi Oetomo diketuai oleh Soetomo. Seiring berjalannya waktu, para tokoh perjuangan lainnya ikut andil di organisasi ini.
Beberapa di antaranya ada Soewardi Soerjaningrat (Ki Hadjar Dewantara), Tjipto Mangoekoesoemo, Tirto Adhi Soerjo, Raden Adipati Tirtokoesoemo, dan Pangeran Noto Diprodjo.
Di Museum Kebangkitan Nasional, ruangan khusus yang menampilkan informasi mengenai organisasi Budi Oetomo bisa ditemukan setelah melewati ruangan pameran Dokter Wahidin.
Setelah dibentuknya Budi Oetomo, barulah berbagai organisasi perjuangan di bidang lain muncul, seperti Sarekat Islamd dan Indische Partij. Itulah alasan mengapa Budi Oetomo disebut juga sebagai Ibu Perhimpunan.
"Ketika bicara tentang kebangkitan nasional, itu tidak berhenti di 20 Mei 1908, tapi harus kita bawa sampai sekarang," kata Titis.
Pembuktian kebangkitan nasional ini bisa dilihat dari munculnya kebangkitan-kebangkitan di bidang lain. Di antaranya kebangkitan bidang pendidikan, kesehatan, teknologi, dirgantara, dan pangan.
Sumber: Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia. "Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Hindia Belanda". 2019. Balai Pustaka: Jakarta.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.