Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Kabupaten Garut dan Sosok Pahlawan dari Korea Selatan 

Kompas.com - 30/08/2023, 22:40 WIB
Ulfa Arieza

Penulis

KOMPAS.com - Kabupaten Garut tengah menjadi buah bibir di kalangan netizen. Hal ini usai Pemerintah Kabupaten Garut mengungkapkan rencana pembuatan film kolaborasi Indonesia-Korea Selatan (Korsel).

Film yang rencananya diberi judul Tanah Air Kedua ini, akan mengangkat kisah nyata perjuangan Yang Chil Sung, pejuang Korsel yang tinggal di Kabupaten Garut pada masa Perang Dunia II, seperti dikutip dari website resmi Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Baca juga:

Menariknya, aktor ternama Korsel, Kim Bum, rencananya akan berperan sebagai pemeran utama yakni karakter Yang Chil Sung alias Komarudin. Sedangkan, istri Komarudin, yang merupakan perempuan asli dari Garut, akan diperankan oleh Maudy Ayunda.

Namun demikian, pihak manajemen Maudy Ayunda mengaku baru mengetahui informasi tersebut.

“Doain ya, kami juga baru tahu infonya pagi ini dari TikTok," kata manajemen Maudy Ayunda dikutip dari Kompas.com, Selasa (29/8/2023).

Terlepas dari rencana kolaborasi pembuatan film tersebut, sejarah Kabupaten Garut sekaligus sosok Yang Chil Sung, menarik untuk diketahui. Berikut sejarah Kabupaten Garut yang dihimpun Kompas.com.

Sejarah Kabupaten Garut 

Situ Bagendit merupakan salah satu danau yang ada di daerah Garut Jawa Barat.visitgarut.garutkab.go.id Situ Bagendit merupakan salah satu danau yang ada di daerah Garut Jawa Barat.

Sejarah Kabupaten Garut berawal dari pembubaran Kabupaten Limbangan pada 1811 oleh Gubernur Jenderal Belanda Daendels, berdasarkan informasi dari website Pemerintah Kabupaten Garut. Namun usai digantikan oleh Gubernur Jenderal Raffles, diputuskan pembentukan kembali Kabupaten Limbangan, yang beribu kota di Suci.

Akan tetapi, Suci dinilai kurang cocok sebagai ibu kota kabupaten karena wilayahnya sempit. Kemudian, Bupati Limbangan Adipati Adiwijaya (1813-1831) membentuk panitia untuk mencari tempat yang cocok sebagai ibu kota kabupaten.

Selanjutnya, panitia tersebut mencari lokasi ke arah barat hingga menemukan wilayah yang cocok. Selain tanahnya subur, tempat tersebut memiliki mata air yang mengalir ke Sungai Cimanuk.

Baca juga:

Selain itu, wilayah tersebut memiliki pemandangan indah karena dikelilingi gunung, seperti Gunung Cikuray, Gunung Papandayan, Gunung Guntur, Gunung Galunggung, Gunung Talaga Bodas dan Gunung Karacak. Wilayah tersebut merupakan cikal bakal dari Kota Garut sekarang ini.

 

Hutan Mati kawasan Gunung Papandayan, Garut, Jawa Barat agunpriyatna/Shutterstock Hutan Mati kawasan Gunung Papandayan, Garut, Jawa Barat

Asal nama Garut 

Asal nama Garut, tidak lepas dari misi pencarian calon ibu kota Kabupaten Limbangan di atas. Saat ditemukan telaga kecil yang tertutup semak belukar berduri, seorang panitia tergores atau kakarut dalam bahasa Sunda.

Dalam rombongan panitia, turut pula seorang warga Eropa. Begitu melihat tangan salah seorang panitia tersebut berdarah, ia langsung bertanya mengapa.

Kemudian, orang yang tergores menjawab bahwa tangannya kakarut. Orang Eropa tersebut menirukan kata kakarut dengan lidah yang tidak fasih sehingga menjadi gagarut.

Sejak saat itu, mereka menamai tanaman berduri itu dengan sebutan Ki Garut dan telaga Ci Garut. Sementara, daerah sekitar telaga dikenal sebagai Garut.

Nama Garut tersebut, kemudian direstui oleh Bupati Kabupaten Limbangan Adipati Adiwijaya untuk menjadi nama Ibu Kota Kabupaten Limbangan. 

Baca juga:

Kelahiran Kabupaten Garut 

Ilustrasi Garut di Jawa Barat.Dok. Shutterstock/Sony Herdiana Ilustrasi Garut di Jawa Barat.

Pada 15 September 1813 dilakukan peletakkan batu pertama pembangunan sarana dan prasarana ibu kota. Setelah sarana dan prasarana selesai dibangun, Ibu Kota Kabupaten Limbangan pindah dari Suci ke Garut sekitar 1821.

Kemudian, nama Kabupaten Limbangan berganti menjadi Kabupaten Garut melalui  Surat Keputusan Gubernur Jenderal Nomor 60 tanggal 7 Mei 1913.

Kota Garut disahkan sebagai Ibu Kota Kabupaten Garut pada 1 Juli 1913. Pada waktu itu, bupati yang menjabat adalah RAA Wiratanudatar (1871-1915).

Kota Garut saat itu meliputi tiga desa, yakni Desa Kota Kulon, Desa Kota Wetan, dan Desa Margawati. Sementara, Kabupaten Garut meliputi sistrik-distrik Garut, Bayongbong, Cibatu, Tarogong, Leles, Balubur Limbangan, Cikajang, Bungbulang dan Pameungpeuk.

Foto aerial lokasi wisata Situ Bagendit di Banyuresmi, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Selasa (26/3/2019). Pemerintah Pusat dan Pemprov Jabar akan merevitalisasi Situ Bagendit seluas 150 hektare menjadi destinasi wisata kelas dunia dengan mengalokasi anggaran sebesar Rp130 miliar yang akan dimulai pada tahun 2019 ini.ANTARA FOTO/ADENG BUSTOMI Foto aerial lokasi wisata Situ Bagendit di Banyuresmi, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Selasa (26/3/2019). Pemerintah Pusat dan Pemprov Jabar akan merevitalisasi Situ Bagendit seluas 150 hektare menjadi destinasi wisata kelas dunia dengan mengalokasi anggaran sebesar Rp130 miliar yang akan dimulai pada tahun 2019 ini.

Mengenal Yang Chil Sung

Pada periode 1942-1945, Kabupaten Garut dijajah oleh Jepang. Saat inilah, sosok Yang Chil Sung mulai menjajaki Tanah Sunda.

Yang Chil Sung alias Komarudin merupakan pahlawan asal Korsel yang berjuang bersama warga Garut melawan Belanda.

Nisan Yang Chil Sung alias Komarudin di Taman Makam Pahlawan Tenjolaya, Kecamatan Tarogong Kidul, Garut, Kamis (9/11/2017). Tribun Jabar/Firman Wijaksana Nisan Yang Chil Sung alias Komarudin di Taman Makam Pahlawan Tenjolaya, Kecamatan Tarogong Kidul, Garut, Kamis (9/11/2017).

Mengutip dari Antara, pria kelahiran Korsel pada  1919 itu, dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Tenjolaya, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, sebagai penghormatan atas perjuangan dan jasanya untuk Indonesia.

Kisah Yang bermula ketika Jepang membawanya ke Indonesia pada 1942. Selain menjajah Indonesia, Jepang kala itu juga menjajah Korsel

Yang ditugaskan untuk menjaga tahanan di Bandung. Saat Jepang menyerah pada sekutu, Yang serta dua tentara Jepang bernama Aoki dan Hasegawa, memilih tetap bertahan di Indonesia.

Baca juga:

Kemudian, mereka pergi ke Kabupaten Garut dan berjuang bersama pejuang Tanah Sunda, yang menamakan diri pasukan Pangeran Papak. Para pejuang asing tersebut berganti nama Indonesia, dari Yang Chil Sung menjadi Komarudin.

Begitu pula, Aoki menjadi Abubakar dan Hasegawa menjadi Usman. Selain itu, Yang menikahi seorang perempuan asli Kabupaten Garut dan memutuskan memeluk agama Islam.

Mereka bertiga ikut serta melawan Belanda, bersama dengan anggota pasukan Pangeran Papak lainnya. Namun, nasib ketiganya berakhir tragis setelah ditangkap Belanda dan dihukum mati.

Ketiga jasad pejuang itu dikuburkan di pemakaman umum Pasir Pogor, Kecamatan Tarogong Kidul. Namun pada 1982, pemerintah setempat memindahkan jasad mereka ke Taman Makam Pahlawan Tenjolaya, Kabupaten Garut guna mengenang jasa dan perjuangannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

3 Mall Solo dekat Stasiun Purwosari, Bisa Jalan Kaki

3 Mall Solo dekat Stasiun Purwosari, Bisa Jalan Kaki

Jalan Jalan
Minimarket di Jepang dengan Latar Belakang Gunung Fuji Timbulkan Masalah

Minimarket di Jepang dengan Latar Belakang Gunung Fuji Timbulkan Masalah

Travel Update
Desa Wisata di Spanyol Binibeca Vell Terancam Ditutup Akibat Lonjakan Jumlah Wisatawan

Desa Wisata di Spanyol Binibeca Vell Terancam Ditutup Akibat Lonjakan Jumlah Wisatawan

Travel Update
Naik Whoosh, Dapat Diskon dan Gratis Masuk 12 Tempat Wisata di Bandung

Naik Whoosh, Dapat Diskon dan Gratis Masuk 12 Tempat Wisata di Bandung

Travel Update
7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

Hotel Story
6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com