Sebaliknya, keputusan UNESCO tersebut tidak disambut baik oleh sejumlah kelompok masyarakat. Mereka tetap menekankan ancaman yang melanda Venesia akibat pariwisata massal.
Pariwisata massal, menurut mereka, mengubah Venesia dari yang tadinya sebuah kota menjadi destinasi semata, sekaligus menghilangkan citra kota ini dalam menarik penduduk dan bisnis baru.
Baca juga: Wisata ke Venesia Italia Bakal Dikenai Tiket Masuk, Segini Harganya
Mereka juga berpendapat, penerapan biaya masuk Venesia sebesar 5 euro (sekitar Rp 82.000) untuk wisatawan harian tahun 2024 mendatang hanya memperkuat citra Venesia yang rendah.
"Ketika Anda melihat betapa indahnya Venesia, gaya hidup luar biasa yang ditawarkan kota ini, ketika pariwisata massal tidak membunuhnya, Anda akan menyadari bahwa Venesia sedikit banyak disia-siakan oleh para pelancong jangka pendek," jelas Direktur Eksekutif organisasi nirlaba We Are Here Venice, dilansir dari AP, Senin (18/9/2023).
Ia melanjutkan, Venesia merupakan tempat di mana orang-orang sebaiknya bisa hidup dan menciptakan lebih banyak kehidupan, keluarga, pekerjaan, dan peluang kerja yang menarik.
Adapun menjelang pertemuan Komite Warisan Dunia UNESCO, para aktivis perumahan di Venesia merilis data jumlah tempat tidur wisatawan yang telah melampaui jumlah penduduk, tepatnya 49.693 berbanding dengan 49.304.
Baca juga: Usir Burung yang Mengganggu, Tamu Hotel di Venesia Dibekali Pistol Air
Ketidakseimbangan tersebut lantas membuat Venesia kekurangan layanan, serta banyaknya wisatawan yang memadati gang-gang sempit serta bus air. Akibatnya, tidak sedikit penduduk Venesia yang pindah dari kota tersebut.
Sebelum menerapkan kebijakan biaya masuk, Venesia juga sebelumnya telah melarang kapal pesiar melintasi St. Mark’s Square dan kanal Giudecca.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.