Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sejarah Kota Tua Jakarta, Jantung Ibu Kota di Masa Lampau

Kompas.com - 26/09/2023, 23:21 WIB
Ulfa Arieza

Penulis

 

Jayakarta (1527-1619)

Pada 1527, terjadi pendudukan Sunda Kelapa oleh Fatahillah dari Kesultanan Demak. Nama Jayakarta berarti kemenangan. 

Oleh sebab itu, Hari Ulang Tahun (HUT) Jakarta ditetapkan pada 22 Juni 1527 berdasarkan pendudukan Sunda Kelapa oleh Fatahillah, yang kemudian berganti nama menjadi Jayakarta.

Selanjutnya, pemerintahan Jayakarta dipegang oleh Maulana Hasannudin dari Kesultanan Banten.

Baca juga:

Batavia (1619-1942) 

Selanjutnya, orang Belanda mulai datang ke Jayakarta sekitar akhir abad ke-16. Pada 1619, kongsi dagang Belanda, atau VOC yang dipimpin oleh Jan Pieterszoon (JP) Coen menduduki Jayakarta setelah mengalahkan pasukan dari Kesultanan Banten.

Kemudian, Belanda mengubah nama Jayakarta menjadi Batavia, yang merupakan nama leluhur bangsa Belanda yaitu Batavieren. Selama masa pemerintahan kolonial Belanda, Batavia berkembang pesat. Rancangan Kota Batavia dibuat oleh Simon Stevin, yang didesain untuk menjadi ibu kota kerajaan perdagangan raksasa dari Tanjung Harapan sampai dengan Jepang.

Kala itu, kawasan Kota Tua Jakarta merupakan pusat kota sekaligus pusat pemerintahan. Balai kota Batavia berada di bangunan Museum Fatahillah atau Museum Sejarah Jakarta sekarang ini.

Potret Museum Fatahillah.Dok. Shutterstock/Cynthia Djuardi Potret Museum Fatahillah.

Sementara, bentuk Kota Batavia direncanakan sesuai dengan kebiasaan Belanda, yakni dilengkapi jalan-jalan lurus dan parit-parit. Sepeninggal JP. Coen pada 1629, perkembangan Kota Batavia semakin pesat.

Dibangun gudang, bengkel kayu dan galangan kapal, Kali Besar yang semula berkelok diubah menjadi lurus, dan sebagainya. Daerah sekitar Kali Besar dijadikan hunian elit pejabat Belanda.

Salah satunya adalah Toko Merah yang hingga kini masih berdiri kokoh. bangunan yang didirikan pada 1700-an ini, dulunya berfungsi sebagai rumah dinas Gubernur Jenderal Belanda. Sempat berganti fungsi beberapa kali, hingga akhirnya bangunan ini diambil alih warga Tionghoa yang kemudian digunakan sebagai toko, sekitar abad ke-20.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com