Pembangunan Terowongan Sasaksaat dimulai pada 1902 oleh perusahaan kereta api negara kala itu, Staatssporwegen (SS).
“Pembangunannya dilakukan oleh pemborong Eropa dengan menggunakan teknik teknologi dari Belgia,” terang Joni.
Berdasarkan informasi dari situs KAI Heritage, sebelum pembangunan, terlebih dahulu diadakan upacara sesajen tradisional yang bertujuan untuk meminta keselamatan selama proses pembangunan.
Sebab, masyarakat sekitar masih mempercayai bahwa gunung lokasi Terowongan Sasaksaat masih dikuasai oleh makhluk tak kasat mata.
Teknik pembangunan terowongan ini dengan cara melakukan penggalian di bagian sisi utara dan selatan secara bersamaan. Dalam prosesnya, terdapat kendala yaitu lahan yang memiliki kadar air tinggi sehingga air merembes ke terowongan dan beresiko terjadi longsor. Selain itu terdapat batuan cadas pada tanah yang digali.
Untuk menanggulangi rembesan air, lapisan atas terowongan dilapisi dengan semen tebal 0,85 meter dan beberapa bagian terowongan dilapisi dengan seng. Sementara itu, untuk menghancurkan batuan cadas dilakukan dengan cara pengeboran menggunakan tangan guna menghindari getaran.
Baca juga:
Pada awal operasionalnya, terowongan yang berada di koridor Purwakarta-Padalarang ini digunakan sebagai sarana penumpang serta angkutan komoditas. Meliputi, kopi, teh, beras serta hasil pertanian masyarakat di Bandung.
Saat ini, Terowongan Sasaksaat berada di bawah kewenangan Daerah Operasi (Daop) 2 Bandung. Sejumlah kereta api penumpang yang melintas Terowongan Sasaksaat, seperti kereta api jarak jauh (KAJJ) Argo Parahyangan, Harina, Ciremai, dan Serayu.
Kereta api lokal Cibatu-Purwakarta juga melintasi Terowongan Sasaksaat. Terowongan ini juga menjadi jalur bagi kereta angkutan barang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.