JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Kajian Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Agustini Rahayu mengatakan, akan ada banyak tren pariwisata baru pada tahun mendatang.
Salah satunya, tren atau minat wisatawan untuk berwisata ke tempat-tempat yang menjadi lokasi syuting film atau set acara televisi.
Baca juga: Wisata Nostalgic Gateways Jadi Tren, Liburan sambil Kenang Masa Lalu
"Dua dari tiga wisatawan global, itu tertarik berwisata untuk mengunjungi lokasi set TV show," ujar Rahayu atau Ayu dalam pemaparannya di Indonesia Tourism Outlook (ITO) 2024 di Jakarta, Selasa (28/11/2023).
Ia melanjutkan, sebelum pandemi Covid-19 atau sejak 2019, beberapa negara telah menerapkan hal tersebut. Saat ini, Indonesia tengah berupaya memfasilitas tren itu.
"Jadi, tempat syuting film itu, ya sebelum pandemi pun juga dulu kan ada Harry Potter, itu datengin orang seluruh dunia ke sana. Nah, Indonesia ini struggling (berupaya) untuk membuat itu juga," tuturnya.
Oleh karena itu, ia menyebut pemerintah juga terus melakukan kemudahan perizinan syuting film bertaraf internasional, agar ke depannya bisa dijual dan menarik minat para wisatawan sampai mancanegara.
Adapun perilaku tren wisatawan yang melakukan perjalanan ke tempat set film atau lokasi syuting, bisa disebut sebagai set-jetting.
Baca juga:
Ayu menambahkan, menurut temuan dari Mastercard Economics Institute, keinginan wisatawan mencari pengalaman unik saat berwisata meningkat hingga 65 persen pada 3023 dibanding 2019 atau sebelum pandemi.
"Pada intinya wisatawan akan mencari pengalaman-pengalaman baru. Wisatawan akan meninggalkan konsep-konsep yang konvensional dan mencari new experience (pengalaman baru)," ujar Ayu.
Baca juga: Tren Wisata ke Gunung-gunung Kecil Jadi Populer Saat Pandemi
Ia menjelaskan, sebagian besar wisatawan mulai meninggalkan bentuk wisata yang konvensional untuk mencari pengalaman yang lebih otentik dan impresif.
Salah satunya tercermin dalam meningkatnya pengalaman dalam wisata kebugaran (wellness tourism), wisata alam (nature), dan wisata kuliner (food tourism) sebesar 10 persen pada 2023 dibandingkan 2019.
"Nah, selain itu wellness tourism juga akan menjadi tren yang tumbuh akibat kepenatan yang dirasakan selama dan pasca-pandemi. Tapi, bentuk pengalaman wellness-nya yang diinginkan terus berkembang, menjauhi pola konvensional. Jadi, mau cari new experience," terangnya.
Baca juga: Fakta tentang Wisata Kebugaran, Apa Bedanya dengan Wisata Kesehatan?
Contohnya, kata dia, adalah tren forest bathing yang berasal dari Jepang. Forest bathing adalah kegiatan alam yang bertujuan untuk menyegarkan tubuh secara emosional dengan cara menyinkronkan ritme kita dengan alam terbuka.
Seperti namanya, forest bathing diterjemahkan secara harfiah menjadi “mandi hutan”. Kegiatan ini mencakup menikmati hutan dengan cara berjalan kaki mengelilinginya dan menikmati apa yang ada di hutan tersebut, dikutip dari laman Universitas Gajah Mada.
Selain itu, ada juga tren bleisure atau perpaduan antara business and leisure. Tren ini dikatakan akan terus berkembang pasca-pandemi sebagai bentuk pariwisata yang produktif, inklusif, dan berkelanjutan.
"Mendapatkan pengalaman wisata yang lebih berkualitas. Ini tren pariwisata ke depan," pungkas Ayu.
Baca juga: Tren Wisata Kebugaran di Indonesia, Bali Jadi Pilihan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.