Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sempat Dianggap Overtourism, Target 7 Juta Turis Asing di Bali 2024 Dinilai Tak Masalah

Kompas.com - 17/02/2024, 16:04 WIB
Krisda Tiofani,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menargetkan 7 juta turis asing atau wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada 2024 ini.

Total target wisman yang disebut Sandiaga dalam berita Kompas.com, Jumat (2/2/2024), ada sebanyak 14,3 kunjungan ke Indonesia.

Jumlah ini naik bila dibandingkan dengan target wisman ke Bali pada 2023, yakni sebanyak 4,5 juta.

Baca juga: Dunia Diprediksi Dilanda Overtourism Terburuk pada 2024

Padahal, Bali sempat masuk daftar destinasi overtourism di dunia pada tahun lalu. Adapun overtourism dapat terjadi karena jumlah pengunjung yang datang ke suatu daerah melebihi kapasitas.

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Kompas Travel (@kompas.travel)

Pengamat Pariwisata sekaligus Guru Besar Ilmu Pariwisata Universitas Udayana Bali I Gede Pitana, menyampaikan pendapatnya.

Target 7 juta turis asing ke Bali tidak masalah, asal...

Menurut Pitana, target 7 juta wisman ke Bali bukanlah masalah besar. Angkanya bertambah pun, tidak menjadi masalah.

"Asalkan, kita bisa membuat strategi sehingga distribusi wisatawan merata," ujar Pitana saat dihubungi Kompas.com pada Jumat (16/2/2024).

Baca juga: Target 7 Juta Kunjungan Wisman di Bali Tahun 2024, Tanpa Overtourism

Ada dua macam distribusi wisatawan yang dimaksud Pitana, yakni distribusi antardaerah dan distribusi antarwaktu.

Maksudnya, pemerintah harus bisa menyesuaikan waktu kunjungan, juga daerah yang dituju turis asing selama di Bali.

Ilustrasi Pura Melanting di Kabupaten Buleleng, Bali.Dok. Wonderful Indonesia/WIRASETO Ilustrasi Pura Melanting di Kabupaten Buleleng, Bali.

Pitana mengakui bahwa dua hal ini tak lantas bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Sebab, pemerintah daerah perlu membangun pusat-pusat pertumbuhan baru di luar Bali Selatan.

Bali Selatan memiliki banyak destinasi favorit wisatawan, seperti Pantai Kuta, Pantai Jimbaran, Pantai Nusa Dua, Uluwatu, Garuda Wisnu Kencana, dan Tanjung Benoa.

Hal ini yang memicu overtourism, kata Pitana, karena banyaknya wisatawan yang menumpuk di Bali Selatan, sementara Bali Utara kurang diminati.

Baca juga:

"Kita bisa belajar dari Nusa Dua, kenapa daerah tersebut ramai, bagaimana sejarahnya," kata Pitana.

Menurut dia, salah satu alasannya adalah lokasi bandara yang dekat dengan Nusa Dua.

"Kalau saja pemerintah membuat titik pertumbuhan baru melalui pembuatan utara, misalnya di Bali Utara atau Timur, akan sangat bagus dan mengurangi beban Bali Selatan," tambah Pitana.

Waktu liburan turis

Lebih lanjut, distribusi antarwaktu bisa dilakukan dengan menyesuaikan waktu liburan turis asing.

Pitana menilai, turis dari negara berbeda, memiliki waktu liburan yang juga berbeda, sehingga bisa disesuaikan untuk distribusi antarwaktu.

Ilustrasi wisatawan mancanegara di Bali.Dok. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ilustrasi wisatawan mancanegara di Bali.

Misalnya, turis Eropa yang libur saat Desember, turis Australia yang libur hingga Maret, turis India yang libur mulai Oktober, dan turis Rusia yang libur hingga Februari.

"Kalau pasar dari turis lainnya, liburnya pada Juni-Juli, sementara pasar Nusantara liburnya saat libur sekolah, Juni-Juli dan akhir tahun," jelas Pitana.

Kegiatan darmawisata, menurut Pitana, bisa dihidupkan kembali saat low season untuk anak-anak sekolah. Bisa juga mengatur aktivitas wisata, acara, atau kegiatan MICE di luar waktu high season.

Baca juga:

"Kalau begitu caranya, kita tidak perlu takut dengan target 7 atau 8 juta wisman dan overtourism," ujar Pitana.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com