Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membaca Nasib Lewat "Tuber" Ayam

Kompas.com - 04/09/2013, 12:24 WIB
SUARA musik gong dan kendang bertalu-talu. Kaki kaum wanita, pria, dan anak-anak dientakan di tanah mengikuti irama ”dolo-dolo”. Itulah inti pesta membaca tuber atau bagian tertentu usus ayam di Flores Timur. Tradisi ini untuk menentukan nasib orang yang menyerahkan kurban ayam.

Setiap kaum pria menyerahkan ayam jantan untuk melihat nasib pribadi dan keluarga sekaligus meminta perlindungan di masa depan. Kemeriahan pesta tahunan itu terungkap dalam ritual adat ”tuno manuk” yang secara harfiah berarti membakar ayam. Namun, tuno manuk memiliki makna jauh lebih dalam bagi setiap kaum pria di Desa Demondei dan Desa Mewet, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.

Ritual adat tahunan yang digelar, Kamis (25/7/2013) malam itu, melibatkan 287 kaum pria. Jumlah ini dipastikan dari 287 ayam yang disembelih di rumah adat Koker Bale oleh para tetua adat. Ketua adat bernama Philip Laga Doni dari suku Bubun.

Ada lima suku, yaitu Bubun, Narek, Lagadoni, Khaya, dan Ariana. Bubun dan Lagadoni memegang peranan sebagai penatua adat. Khaya, Narek, dan Ariana sebagai pelaksana dan penjaga keamanan. Sebelum ritual tuno manuk digelar, masing-masing suku melakukan ritual adat.

Masing-masing kaum pria menyerahkan satu ayam jantan untuk disembelih. Penyembelihan ayam ini simbol kekuatan, keberhasilan, perlindungan, dan kesehatan. Kaum perempuan tidak dilibatkan, tetapi menyediakan perlengkapan perjamuan.

Sebelum diantar ke Koker Bale, ayam terlebih dahulu didoakan oleh sang ayah atau kakak pria tertua. Setiap kaum pria yang hendak mengambil bagian dalam ritual adat itu menyampaikan niat sekaligus kesalahan yang pernah dibuat kepada sang ayah atau pria tertua untuk didoakan.

Penyembelihan ayam dilakukan ketua adat setelah pembacaan doa adat di Koker Bale. Doa itu berisikan syukur dan permohonan bagi orang yang menyerahkan ayam itu. Nama pria yang menyerahkan ayam disebutkan dalam doa adat itu agar mendapat perhatian khusus dari leluhur.

Darah ayam yang menetes pertama disiram di Nuba Nara, simbol kehadiran leluhur. Ayam kemudian diserahkan kepada anggota suku untuk diperiksa tuber atau jiwanya yang terlihat di sebuah tanduk kecil yang muncul di usus ayam. Jika tanduk tidak tampak, hal itu tanda bahaya bagi pria yang mempersembahkan ayam.

Pria itu harus mengganti ayam baru sambil mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada mereka yang disakiti atau memohon perlindungan terhadap musuh-musuh. Ayam kemudian diserahkan ke ketua adat yang sedang duduk di panggung Koker Bale untuk disembelih.

Dengan demikian, tuber sangat menentukan ritual tuno manuk. Jika makin banyak ayam yang diganti, berarti kelakuan masyarakat di desa itu makin buruk. Kondisi ini dinilai mengganggu keharmonisan hubungan dengan leluhur, alam semesta, dan sesama manusia.

Tari dua malam

Harmonisasi hubungan dengan tiga unsur itu sangat penting. Leluhur dinilai sebagai pelindung dan penjaga, alam semesta memberi hasil dan rezeki, dan sesama manusia sebagai bagian dari pribadi sendiri yang harus dihormati dan dijaga.

Selama penyembelihan ayam berlangsung, hadirin menggelar tarian adat yang disebut ”dolo-dolo” atau ”sole oha” di depan pelataran Koker Bale. Mereka menari melingkar sambil berpegangan tangan sepanjang malam hari. Tarian adat ini digelar dua malam berturut-turut.

Saat itu, mereka berbalas pantun berisikan cinta, hidup berkeluarga, kehidupan sosial, dan lain-lain. Kemudian beberapa kaum pria dewasa melantunkan ”sole oha”, semacam nyanyian kemenangan, pujian, dan penghormatan kepada leluhur. Orang seperti ini harus memiliki napas panjang dan perbendaharaan kata-kata adat yang kuat.

Pada puncak ”sole oha”, peserta berlari mengelilingi lingkaran sambil berpegangan tangan. Kaki-kaki dientakkan di tanah sampai menghasilkan irama bunyi sepadan. Ketepatan berlari ditentukan pelantun ”sole oha”.

Lewat tarian ini muncul sejumlah lagu daerah dalam kehidupan sehari-hari atau lagu gereja. Misalnya, tarian ”dolo-dolo” dan lagu ”dolo-dolo” sudah mulai masuk dalam muatan lokal sekolah dasar atau misa ”dolo-dolo”.

Menjelang pagi, tarian itu bubar. Hadirin melanjutkan tarian tradisional lain yang diperankan kaum pria, yakni ”mesa” atau pencak silat dan ”uwa” atau ketangkasan memukul betis kaki dengan sepotong kayu rotan yang penjangnya sekitar 1,5 meter. Dua jenis tarian ini hanya diperankan kaum pria.

Ketika matahari persis di balik atap Koker Bale, kaum pria diwajibkan pergi mengambil bambu, kayu bakar, kelapa muda, dan daun pisang. Bahan-bahan ini untuk memasak daging ayam yang telah disembelih. Lalu masakan dihidangkan untuk perjamuan adat.

Sayang, upacara tahunan yang memiliki nilai hidup ini belum dilirik Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Flores Timur. Selain itu, ritual ini juga belum dikenal turis asing karena promosi terbatas. Jadwal pelaksanaan tidak diketahui umum dan akses menuju desa itu hanya dengan berjalan kaki. (Kornelis Kewa Ama)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Travel Update
19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

Travel Update
Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Travel Update
Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com