"Renovasi museum yang dibangun pada tahun 1890 itu telah dimulai sejak beberapa hari lalu," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemkot Surakarta, Widdi Srihanto di Solo, Kamis (12/9/2013).
Menurut Widdi lamanya penutupan ini karena dalam melaksanakan renovasi harus berhati-hati. Pasalnya bangunan tersebut sudah masuk dalam cagar budaya.
"Kami tidak bisa melakukan pemugaran itu buru-buru karena bangunan itu merupakan cagar budaya, maka juga harus hati-hati," katanya.
Widdi memaparkan pemugaran bangunan museum diharapkan akan bisa menghilangkan kesan suram yang melekat pada museum tertua di Indonesia tersebut.
"Bangunan yang digunakan untuk menyimpan peninggalan sejarah, seperti keris, tombak, gamelan, buku-buku kuno dan peninggalan lainnya itu dinilai menyeramkan oleh sebagian masyarakat," katanya.
Di samping merenovasi bangunan, lanjut Widdi, juga melakukan penambahan bangunan baru di belakang museum. Pasalnya, museum yang dibangun dengan luas tanah 523,24 meter persegi tidak mampu menampung ribuan koleksi pusaka dan arca peninggalan sejarah. Museum baru ini dibangun satu lantai.
"Selama ini banyak koleksi yang penempatan tidak sesuai. Maka dari itu kita lakukan pembangunan museum baru. Semoga museum yang baru kita bangun ini nantinya mampu menampung semua koleksi Radya Pustaka," katany.
Pembangunan ini akan dikonsep lebih familiar. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan citra museum yang saat ini terkesan menyeramkan.
"Dana ini untuk merenovasi museum dan penataan interior serta mendesain ulang pemajangan koleksi," kata Endah sambil menambahkan renovasi dan pembangunan akan melibatkan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.