Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesona Desa Penglipuran di Kaki Gunung Batur

Kompas.com - 16/01/2014, 13:00 WIB
KOMPAS.com - Tidak perlu diragukan lagi, Bali yang sering dijuluki Pulau Dewata memang menyimpan sejuta pesonanya. Pemandangan alam yang luar biasa serta kekayaan seni budaya yang unik menjadi destinasi favorit untuk berwisata.

Beragam tempat unik memang tersedia di pulau ini. Salah satunya berada di Desa Penglipuran. Begitu memasuki areal desa tersebut, mata sudah pasti akan bertemu arsitektur rumah yang hampir semuanya serupa dan tersusun rapi mulai dari ujung utama desa sampai bagian hilir desa.

Desa yang berada di daerah dataran tinggi di sekitar kaki Gunung Batur, tepatnya di Kelurahan Kubu, Kabupaten Bangli, yang berjarak 45 km dari Denpasar, Ibu Kota Provinsi Bali.

Menurut kepercayaan masyarakat setempat, kata “Penglipuran” sendiri berasal dari kata Pengeling Pura yang mempunyai makna tempat suci untuk mengenang para leluhur. Suasana desa yang tenang dan asri serta udaranya yang sejuk dan bebas dari polusi menjadi magnet utama yang menarik wisatawan untuk berkunjung ke kawasan ini.

Desa ini memiliki keunikan yang tidak ada di desa lainnya yaitu keseragaman bagian depan rumah dari ujung utama desa sampai bagian hilir desa. Yang lebih unik adalah adanya lorong dari satu rumah ke rumah lain yang saling berhubungan sebagai tanda keharmonisan kehidupan masyarakat setempat.

JOKO DWI CAHYANA Desa Penglipuran, Kabupaten Bangli, Bali.
Desa ini juga termasuk desa Bali Aga atau desa Bali asli, selain desa Tenganan. Bendesa Adat Desa Penglipuran, I Wayan Supat mengatakan, keseragaman bangunan tersebut semata-mata membina kebersamaan. Selain itu, mereka berharap bisa terus bersahabat dengan alam sehingga mampu ramah dengan lingkungan.

Keunikan tidak hanya terlihat dari desain bangunan rumahnya yang berderet rapi. Tapi, aturan adat yang berlaku di sana juga unik. Desa ini melarang warga laki-lakinya untuk memiliki istri lebih dari satu. Jika ada warga yang melanggar, maka dia akan dikucilkan dari pemukiman warga umumnya. Tempat pengucilan ini disebut Karang Memadu atau tempat untuk orang beristri lebih dari satu.

Nyatanya, hingga saat ini, menurut Wayan Supat, belum ada satu pun warga yang berani beristri lebih dari satu. Akibatnya, Karang Memadu itu pun belum pernah digunakan hingga saat ini. Lahan itu hanya berupa tanah kosong dengan alang-alang liar tumbuh di sana. Bukti bahwa tak ada warga adat yang berani melanggar aturan tersebut.

Masyarakat Desa Penglipuran juga memiliki tradisi unik saat ada yang meninggal. Walaupun penduduknya beragama Hindu, desa ini memiliki kuburan desa. Upacara Ngaben (upacara pembakaran jasad) yang dilakukan hanya untuk mengantarkan roh orang yang meninggal kepada Sang Pencipta.

JOKO DWI CAHYANA Karang Memadu atau tempat pengucilan untuk warga yang beristri lebih dari satu.
Hal yang unik lainnya di Desa ini adalah kendaraan mobil atau motor tidak boleh masuk ke dalam desa ini. Bagi wisatawan yang datang menggunakan kendaraan harus memarkir kendaraan di tempat parkir dan tidak ada tempat sampah di jalan utama desa.

Selain suasananya yang asri dan sangat mengagumkan, penduduk desa juga sangat ramah terhadap setiap tamu yang datang. Sempat memasuki beberapa rumah yang ada, mereka menyapa dengan ramah. Di dalam rumah dapat menemukan beberapa perajin yang sedang membuat beragam kerajinan khas Bali. Di sekitar desa ini tersebar hutan bambu yang terdapat sebongkah batu yang menurut masyarakat Penglipuran merupakan kawasan suci. (JOKO DWI CAHYANA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

9 Wahana di Malang Dreamland yang Seru, Ada Keranjang Gantung

9 Wahana di Malang Dreamland yang Seru, Ada Keranjang Gantung

Jalan Jalan
Malang Dreamland, Wisata Keluarga Favorit dengan Pemandangan Hijau

Malang Dreamland, Wisata Keluarga Favorit dengan Pemandangan Hijau

Jalan Jalan
WSL Nias Pro 2024 Digelar, Targetkan Gaet 30.000 Wisatawan Domestik

WSL Nias Pro 2024 Digelar, Targetkan Gaet 30.000 Wisatawan Domestik

Hotel Story
Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com