Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rujak Soto, Kuliner Nyentrik Khas Banyuwangi

Kompas.com - 16/01/2014, 16:02 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Berbicara kuliner di Kabupaten Banyuwangi yang terkenal dengan julukan "Sunrise of Java" tidak bisa dilepaskan dengan rujak soto. Kuliner nyentrik perpaduan antara rujak sayur dengan soto babat menghasilkan rasa unik yang selalu dicari.

Rujak yang digunakan adalah campuran sayur mayur dengan bumbu kacang serta petis. Untuk pedasnya, bisa disesuaikan dengan pesanan dari konsumen. Bumbu kacang dicampur dengan garam, kacang goreng, gula merah, asam dan juga pisang klutuk (pisang batu) muda.

Menurut Mbak Atun, salah satu penjual rujak soto di Desa Sukowidi, Kecamatan Kalipuro, pisang klutuk merupakan bahan yang wajib dalam rujak soto. "Pisang klutuk ini akan memberikan rasa khas di rujak soto. Kalau nggak ada pisang klutuk rasanya kurang mantep," katanya.

Setelah bumbu siap tinggal dicampur dengan campuran sayur yang direbus seperti kangkung, kacang panjang, kubis dan juga potongan tahu dan tempe yang digoreng. Setelah selesai, rujak diwadahi mangkuk dan tinggal dituangi kuah soto babat sapi. "Kalau ada yang mau biasanya ditambah lontong," kata Mbak Atun.

Untuk soto, Mbak Atun memilih soto yang berisi babat, usus dan tetelan daging sapi. Ia bercerita cara membuat soto sama seperti soto pada umumnya. "Bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, kemiri merica. Terus disangrai dan dimasak dengan babat usus dan tetelan daging sapi. Ditambahkan juga dengan bawang prei, lengkuas, daun jeruk, serai, seledri. Kalau sudah siap tinggal dituangkan ke campuran rujak dan diberi bawang goreng, telur asin dan krupuk. Kalau suka bisa ditambahkan dengan kecap manis," jelasnya.

Mbok Atun membandrol rujak soto lengkap dengan telur asin seharga Rp 10.000. "Murah, meriah, enak dan kenyang," katanya.

Langganan Mbak Atun bukan hanya warga di sekitar warungnya tapi juga dari luar kota. "Banyak orang asli Banyuwangi yang tinggal di luar kota mampir ke sini kalau pas pulang kampung. Mereka biasanya menikmati pas waktu makan siang," ungkapnya.

Lalu sejak kapan rujak sota masuk Kabupaten Banyuwangi? Menurut budayawan Banyuwangi, Hasnan Singodimayan kepada Kompas.com, Kamis (16/1/2014), pada tahun 1970-an ada lagu yang berjudul Rujak Singgol yang menjelaskan beberapa nama rujak yang ada di wilayah Banyuwangi.

"Di lagu yang berjudul Rujak Singgol disebutkan beberapa nama rujak, namun nama rujak soto masih belum disebutkan dalam lagu itu. Ada rujak uni, rujak locok, rujak lethok, rujak kecut, rujak cemplung. Namanya semuanya mengarah kepada bahan nama yang digunakan rujak atau mengolah rujak. Seperti rujak wuni yang dibuat dari buah wuni yang rasanya asam," jelasnya.

Menurut Hasnan, rujak soto baru muncul setelah tahun 1970-an dan merupakan hasil dari keisengan penikmat rujak di Banyuwangi.

"Muncul juga rujak bakso dan pecel rawon. Tapi yang identik dengan Banyuwangi adalah rujak soto karena rasa dan perpaduannya memang unik. Seperti akhir dari lagu 'Rujak Singgul', Durung weruh rasane mageh arane, nganeh anehi yang artinya, belum tahu rasanya, masih namanya saja sudah aneh. Seperti itulah rujak soto," jelas Hasnan sambil menyanyikan lagu 'Rujak Singgul'.

Penasaran? Nah jangan bilang pernah mengunjungi Banyuwangi kalau belum menikmati rujak soto. Anda akan menikmati eksperimen kuliner campuran yang rasanya unik dengan sensasi yang istimewa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com