Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampung Inggris Sejatinya Jadi Desa Wisata

Kompas.com - 21/04/2014, 17:13 WIB
Kontributor Kolaka, Suparman Sultan

Penulis

KOLAKA UTARA, KOMPAS.com - Desa Raoda atau saat ini yang dikenal sebagai Kampung Inggris sejatinya dapat dimanfaatkan oleh Pemda Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara sebagai Desa Wisata.

Selain memiliki pemandangan yang menarik, desa yang terletak di tengah perbukitan Kolaka Utara ini memiliki sejumlah keunggulan dari desa yang lain. Misalnya penataan permukiman di dalam desa yang menggambarkan keindahan desa tersebut. Bahkan di desa ini diterapkan pendidikan dasar bahasa Inggris tanpa menghilangkan kearifan lokal yang ada.

Untuk mencapai desa tersebut perjalanan dimulai dari ibu kota Kolaka Utara, Lasusua. Melalui jalan darat kita akan menuju Desa Lapasi-pasi, kemudian perjalanan melalui perbukitan untuk mencapai Desa Raoda. Sepanjang jalan menuju desa ini kita akan disuguhkan pemandangan alam yang masih asri. Aliran sungai yang deras melengkapi perjalanan ke desa ini. Rindangnya pepohonan dan kicauan burung melengkapi keindahan perjalanan yang akan kita lalui.

Saat Kompas.com bertandang ke desa tersebut, terasa berada di suatu tempat yang layaknya disebut sebagai surga dunia. Pepohonan yang rindang dan menjulang tinggi ibaratnya hutan belantara yang masih perawan. Namun siapa sangka di balik itu semua terdapat sebuah perkampungan yang dihuni lebih dari 600 penduduk. Kultur budaya yang kental terus terjaga di desa yang dominan diisi oleh warga yang berasal dari Suku Enrekang.

“Rata-rata kami di sini itu dari Suku Enrekang (suku asli dari Sulawesi Selatan). Kalau secara keseluruhan jumlah penduduk di desa ini kurang lebih 600 orang. Kami di sini itu cuma terdiri dari tiga dusun. Sebagian masih bermukim di atas bukit atau rumah kebun milik mereka,” kata Naslan, Ketua Badan Perwakilan Desa, Senin (21/4/2014).

Menurut Naslan, masyarakat di sini memang dituntut hidup mandiri. “Artinya tidak terlalu tergantung sama pemerintah daerah. Tetapi bukan berarti kita tidak butuh perhatian dari pemda. Berbicara masalah hasil bumi kami di sini memiliki bawang, kol, dan masih banyak lagi,” jelasnya.

Keberadaan Desa Raoda ternyata sudah banyak diketahui warga lokal. Akan tetapi mereka tidak terlalu mengetahui seperti apa kehidupan masyarakat yang bermukim di dalamnya.

“Masyarakat tahu tentang adanya desa itu, tapi yang mengerti dengan kearifan lokal di desa itu masih sedikit. Di desa itu sangat bersahaja, bersahabat dengan orang luar yang berkunjung. Yang buat saya salut kearifan lokal dan sifat gotong royong yang sangat luar biasa,” kata Andi Adha Arsyad, pemerhati sejarah, budaya dan wisata di Kolaka.

Bahkan tidak tanggung-tanggung, Ketua Yayasan Peduli Lingkungan ini juga merekomendasikan kepada pelancong dalam dan luar negeri untuk berkunjung ke desa tersebut. “Bukan hanya di Bali saja ada desa wisata, di Kolaka Utara juga bisa ada. Saya berharap pemda bisa menjadikan daerah itu sebagai desa wisata,” kata Andi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Travel Update
DAOP 6 Yogyakarta Tambah 6 Kereta Tambahan Jarak Jauh untuk Long Weekend

DAOP 6 Yogyakarta Tambah 6 Kereta Tambahan Jarak Jauh untuk Long Weekend

Travel Update
Long Weekend, Ada Rekayasa Lalu Lintas di Jalanan Kota Yogyakarta

Long Weekend, Ada Rekayasa Lalu Lintas di Jalanan Kota Yogyakarta

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com