Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah di Balik Sate Jamur Cak Oney Yogyakarta

Kompas.com - 07/05/2014, 13:44 WIB
Kontributor Travel, Sri Noviyanti

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Supriyadi tengah sibuk membakar sate-sate yang ditaruhnya di atas tungku arang dengan kipas elektronik tepat di depannya. Hanya empat sampai lima menit, tangannya cekatan memindahkan sate yang matang ke dalam sebuah nampan lalu meletakkan kembali sate yang akan dibakarnya pada tungku arang.

Hampir setiap hari, begitulah pekerjaannya. Bersama istri dan karyawan-karyawan yang dipekerjakan di rumahnya, Yogyakarta ia membuat pesanan-pesanan yang masuk, Sate Jamur Cak Oney Yogyakarta. “Setiap hari minimal 1.000 tusuk pesanan yang masuk,” ujarnya saat ditemui di Festival Jajanan Bango (FJB) 2014 beberapa waktu lalu.

Sate jamur ini bisa dibilang amat terjangkau, satu porsinya di Yogyakarta dihargai Rp 12.000 yang terdiri dari lima sate lengkap dengan lontong. Sekilas, rasanya mirip dengan daging ayam, hanya saja teksturnya lebih lembut dengan rasa bumbu kacang yang kuat. Supriyadi pintar mengolahnya, walaupun dengan bahan dasar jamur tentu sate ini tak kalah dengan sate daging yang biasa dijajakan di masyarakat.

Jamur tiram menjadi pilihan Supriyadi bukan tanpa alasan, tak seperti sate kebanyakan yang menawarkan pilihan daging ayam hingga kambing. “Yang lain sudah biasa, lagi pula jamur tiram ini lebih murah. Banyak pertimbangan sebenarnya, sebelum nama kami dikenal masyarakat tentu sulit sekali memasarkannya,” ujarnya. Pikirannya menerawang, teringat perjuangannya dahulu.

Supriyadi saat itu berusia 43 tahun ketika kehilangan pekerjaannya. “Tahun 2004 waktu itu, saya kena PHK dan kalang kabut harus bekerja apalagi di usia yang tak muda lagi, tentu sulit sekali mencari kerja,” jelasnya.

Dari tabungan yang jauh dari cukup, ia memulai usahanya. Tahun 2004 bertepatan dengan meletusnya Gunung Merapi saat itu, Supriyadi yang tinggal di Kota Gudeg terenyuh melihat bencana ini. “Waktu itu bencana, kebetulan juga banyak jamur yang akhirnya terbuang sia-sia karena bencana ini,” tuturnya.

Kejadian itu menjadi inspirasi baginya apalagi saat itu di Yogyakarta terdapat restoran terkenal yang menawarkan jamur sebagai menu utamanya, jamur tiram. Harganya tak mahal lagi pula sehat karena nilai gizinya cukup tinggi dengan kandungan protein tinggi dan asam amino yang lengkap. “Sudahlah pikir saya, jamur tiram sepertinya akan menjadi bahan baku yang baik. Selama masih hidup, manusia tentu butuh makan, dan pada akhirnya akan memilih yang sehat,” tambahnya.

Ada cerita saat ia pertama kali memasarkannya. “Tahun 2004, tabungan kami pas-pasan. Kami hanya bisa membeli 0,5 kg jamur tiram lalu kami berikan cuma-cuma untuk tetangga dan teman dari situ banyak komentar kurang ini itu dan kami terus coba, belum ada nama dagang saat itu,” kenangnya.

Setelah itu ia mulai membuatnya lagi, kali ini sedikit lebih banyak, jamur diberikan pada anak-anak kecil. Mereka menjadi objek untuk mencoba sate jamur. “Saya punya prinsip, bahwa anak-anak adalah orang yang paling jujur, saat kami berikan dia nagih berarti sudah enak kan? Kebetulan anak-anak waktu itu mulai menagih lagi, ya sudah kami mulai memasarkannya dari mulut ke mulut tanpa rumah makan. Hanya catering saja untuk orang-orang sekitar,” katanya.

Tak semudah membalikkan telapak tangan, sate jamur ini nyatanya masih kurang diterima masyarakat. Supriyadi bahkan harus vakum selama empat tahun hingga 2008 ia cukup berani untuk terjun memasarkannya kembali. “Saat itu saya dibantu teman, orang Surabaya. Saat itu lah nama Cak Oney lahir,” ungkapnya.

Tak ada filosofis dari nama tersebut tapi nyatanya nama tersebut membawanya hingga kini, di mana sate jamur miliknya dikenal hingga ke luar Yogyakarta. “Nama kami tentu tak lepas dari FJB ini, jujur saja setelah rutin ikut FJB banyak pesanan luar daerah. Dari yang dekat-dekat sampai ke Bali, Jakarta hingga Riau,” jelasnya.

Saat ini pun ia tak lepas dari kendala begitu saja, duka pernah datang saat sate miliknya yang harus dikirim ke Jakarta basi. “Waktu itu 600 tusuk yang basi ternyata saya kurang kering membakarnya, aduh mana modal pas-pas an mau tak mau harus diganti,” begitu ceritanya.

Dari pengalaman tersebut ia mulai belajar kembali, bakar sate harus kering biar lebih tahan lama, maklum Supriyadi berkomitmen untuk tak memakai bahan pengawet. Bukan itu saja ia tak memakai vetsin juga pada satenya. Fungsi vetsin sebagai penyedap rasa digantikan oleh kemiri. Sedang bumbu lain, ia selalu mengutamakan bumbu-bumbu tradisional yang berkualitas. “Bisa dicoba, selain rempahnya kuat, rasanya tak kalah sedap, sate kami tahan lama hingga dua hari,” ucapnya yakin.

Kini dengan nama yang sudah mulai dikenal masyarakat, Supriyadi berharap bisa mencari inovasi untuk usahanya yang lebih suka disebutkannya sebagai rintisan itu. “Selain inovasi, saya ingin membuka rumah makan, semoga,” harapnya di akhir pembicaraan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

Hotel Story
Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Travel Update
Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Travel Tips
3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

Travel Update
4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

Travel Update
Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Travel Update
10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

Travel Tips
5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

Jalan Jalan
5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

Travel Tips
Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Jalan Jalan
Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Jalan Jalan
Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Jalan Jalan
Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Travel Update
Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Jalan Jalan
Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com