Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sajian Kebuli, Mandi, dan Biryani

Kompas.com - 06/07/2014, 09:52 WIB
SAJIAN nasi kebuli, mandi, dan biryani terasa makin khas dengan kambing muda yang dipanggang dalam oven khas. Daging kambing, yang sudah diberi bumbu rempah khas, dipanggang sampai empuk dalam oven tembikar hingga citarasanya makin mengental.

Ini pula yang membuat sajian daging kambing yang masih melekat di tulangnya ini lembut dan tidak bau prengus.

Begitu juga dengan nasi biryani, mandi, dan kebuli. Ketiga jenis sajian nasi ini ibarat satu keluarga. Nasi kebuli menunjukkan pengaruh tradisi Timur Tengah atau tepatnya Arab Yaman, India Muslim, dan tradisi Muslim Indonesia

Cara memasaknya pun hampir sama. Pembedanya adalah jenis beras yang digunakan, potongan sayur, dan beberapa bumbu yang berbeda.

Tidak mengherankan jika selintas rasa ketiganya hampir sama. Namun, dilihat sekilas, bentuk butiran nasi biryani dan mandi lebih panjang daripada nasi yang sering dijumpai di Indonesia. Selain itu, warna sajian nasi mandi juga biasanya lebih terlihat kuning terang dan putihnya nasi masih terlihat. Amat berbeda dengan warna nasi biryani yang lebih kuning.

Nah, kalau nasi kebuli, dimasak menggunakan beras seperti yang sering dijumpai di Indonesia. Saat penyajian, warna nasinya lebih kuning pekat dan aromanya lebih kuat. Sekilas, nasi kebuli ini terlihat seperti dilumuri bumbu.

Baik nasi kebuli, mandi, maupun biryani secara umum dimasak dengan mencampurkan beras dengan kaldu daging kambing, susu kambing, minyak samin, dan beragam bumbu. Pembeda ketiganya adalah campuran bumbu saat memasak. Secara umum campuran bumbunya, antara lain jahe, kapulaga, jintan, dan cengkeh.

Namun, sejak pengolahan, hingga matang, masakan ini sudah menerbitkan aroma khas yang amat menggoda.

Dalam sajiannya, baik nasi biryani, mandi, maupun kebuli, di atasnya dihias potongan daging kambing panggang dan kadang ditaburi dengan irisan kurma atau kismis. Masakan itu tersaji dalam talam besar yang bisa dimakan bersama-sama.

Cara penyajian seperti ini tentu menambah keakraban saat berbuka. Semua mengambil nasi dan potongan kambing dari talam yang sama. Keakraban inilah yang sering ngangenin di tengah kondisi warga kota yang tidak saling peduli.

Hidangan ini populer di kalangan warga Betawi di Jakarta dan warga keturunan Arab di Indonesia. Popularitas makanan ini dapat menjadi penanda masyarakat yang tinggal di sebuah kawasan.

Keberadaan nasi kebuli, misalnya, bisa menjadi pertanda kehadiran warga peranakan Arab di Indonesia. Di Jakarta pada masa lalu, komunitas Arab-Betawi banyak yang bermukim di daerah Kebon Pala (Tanah Abang) dan kawasan Kebon Nanas (Jatinegara). Kini, di kawasan Condet juga terdapat banyak tempat tinggal keturunan Arab asal Pekalongan. (MAM)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com