Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebaran Betawi sebagai Harmoni Budaya

Kompas.com - 31/07/2014, 11:38 WIB
JAKARTA, KOMPAS — Lebaran, bagi masyarakat Betawi, menjadi momen puncak pemulihan diri dalam membina silaturahim dengan masyarakat di sekitar. Peristiwa ini bukan sekadar peringatan hari raya, melainkan juga penyatuan harmoni budaya yang telah berlangsung selama berabad-abad.

Sejarawan JJ Rizal mengungkapkan, tradisi Lebaran di Betawi memiliki keunikan tersendiri karena perayaan ini merupakan hasil akulturasi aneka macam budaya dalam kurun waktu lama. ”Kita bisa melihat bagaimana Lebaran Betawi mengadopsi bermacam-macam budaya, mulai dari budaya pra-Islam, Tiongkok, hingga Eropa,” ucap dia, Selasa (29/7/2014) di Jakarta.

Rizal mencontohkan, pada saat Lebaran, masyarakat Betawi memiliki kebiasaan memotong kerbau yang merupakan sisa tradisi masyarakat agraris pra-Islam. Tradisi ini sama sekali bukan berasal dari masyarakat Muslim di Timur Tengah, Tiongkok, ataupun Eropa.

”Saat Lebaran orang Betawi juga makan ketupat. Makanan dari beras yang menggumpal menjadi satu ini menandakan komunalisme, kebersamaan, solidaritas, dan perasaan sepenanggungan. Di sinilah terjadi pertemuan tradisi agraris dan maritim. Agraris dari berasnya dan maritim dari daun kelapanya,” kata dia.

Adopsi budaya Tiongkok ke dalam Lebaran Betawi juga tampak pada tradisi pemukulan beduk. Masyarakat Betawi bahkan tidak memilih ondel-ondel untuk menolak bala, tetapi menggunakan petasan untuk menolak bala pada saat Ramadhan serta Lebaran. Sama seperti beduk, petasan juga khas tradisi Tiongkok.

”Yang paling menarik lagi, saat Lebaran di meja makan disajikan makanan-makanan yang sejarahnya berasal dari berbagai budaya. Kita bisa menemukan kue kastengel dan nastar yang khas tradisi Belanda, kue keranjang yang khas tradisi masyarakat Tionghoa, dan sekaligus tampak pula umbi, ketan, serta dodol yang merupakan produk tradisi agraris lokal. Di sinilah muncul perayaan multikultur atau peristiwa perayaan simbol yang diterima melalui proses sejarah,” kata Rizal lagi.

Kekhasan tradisi Lebaran Betawi yang sarat harmoni budaya ini, menurut Rizal, tak lagi banyak disadari masyarakat saat ini. Karena itulah, sejarah tradisi Lebaran Betawi seperti ini perlu dikenalkan lagi kepada generasi muda.

Pemikir Islam, Budhy Munawar-Rachman, mengatakan, pada dasarnya Islam bersifat inklusif dan terbuka pada berbagai macam kebenaran, termasuk tradisi dan budaya. Hal serupa pernah disampaikan almarhum Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dalam bukunya Pergulatan Negara, Agama, dan Kebudayaan (Jakarta: Desantara,2001). Dalam gagasannya, ”pribumisasi Islam” tergambar bagaimana Islam sebagai ajaran yang normatif berasal dari Tuhan diakomodasikan ke dalam kebudayaan yang berasal dari manusia tanpa kehilangan identitasnya masing-masing. (ABK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

Travel Tips
Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Travel Update
Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Travel Update
Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Travel Tips
Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jalan Jalan
7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

Travel Tips
Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Travel Tips
Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Travel Update
Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Travel Update
Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Travel Update
Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Travel Tips
Layanan Shower and Locker Dekat Malioboro, Personelnya Bakal Ditambah Saat 'Long Weekend'

Layanan Shower and Locker Dekat Malioboro, Personelnya Bakal Ditambah Saat "Long Weekend"

Travel Update
Museum Batik Indonesia: Lokasi, Jam Buka, dan Harga Tiket Masuk 2024

Museum Batik Indonesia: Lokasi, Jam Buka, dan Harga Tiket Masuk 2024

Hotel Story
3 Destinasi Wisata Unggulan Arab Saudi, Kunjungi Museum Bersejarah

3 Destinasi Wisata Unggulan Arab Saudi, Kunjungi Museum Bersejarah

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com