Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerakan Wisata Kuliner Malioboro Sehat

Kompas.com - 22/11/2014, 18:04 WIB
YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Yogyakarta bersama LSM Paluma yang bergerak pada pemanfaatan energi ramah lingkungan dan didukung pelaku kuliner di Malioboro, mencanangkan gerakan untuk mewujudkan wisata kuliner sehat di kawasan Malioboro.

"Salah satu upaya mewujudkan wisata kuliner yang sehat di Malioboro adalah meminta pedagang kaki lima (PKL) makanan untuk tidak menggunakan minyak goreng berulang-ulang," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Vita Yulia di sela pencanangan gerakan tersebut di Malioboro Yogyakarta, Jumat (21/11/2014).

Menurut dia, gerakan tersebut diluncurkan di Malioboro karena kawasan tersebut dikenal sebagai tempat wisata kuliner lesehan sehingga banyak wisatawan yang menyempatkan diri untuk menikmati berbagai menu makanan yang dijajakan.

"Kami terus memberikan edukasi kepada pedagang agar memperhatikan kebersihan dan kesehatan makanan yang dijual, termasuk minyak goreng yang digunakan. Masih banyak pedagang yang menggunakan minyak goreng hingga berwana hitam. Minyak seperti itu sudah tidak sehat," katanya.

Minyak goreng yang digunakan secara berulang akan bersifat jenuh dan melepaskan radikal bebas yang bersifat karsinogenik sehingga dapat mengakibatkan pertumbuhan sel kanker, pembengkakan organ seperti hati dan ginjal serta menyebabkan stroke.

"Ke depan, kami berencana memberikan stiker kepada pedagang kaki lima makanan yang telah memperoleh pembinaan dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. Harapannya, pembeli pun tidak akan ragu lagi jika membeli makanan yang dijual," katanya.

Melalui kegiatan tersebut, pedagang kaki lima di Malioboro akan mengumpulkan minyak goreng yang sudah digunakan berulang kali. Minyak jelantah yang terkumpul akan diolah menjadi biodiesel.

Perwakilan PKL makanan Malioboro Sogi mengatakan sudah ada 16 pedagang yang mengikuti kegiatan tersebut. "Rata-rata pedagang menggunakan minyak goreng untuk empat kali. Tetapi, jika digunakan untuk menggoreng ayam atau bebek, minyak bisa lebih cepat kotor," katanya.

Ia berharap petugas yang mengambil minyak jelantah dapat melakukan pengambilan secara rutin, paling tidak tiga hari sekali. Satu PKL bisa menghasilkan minyak jelantah sekitar lima hingga 10 liter per pekan.

Sementara itu, Direktur Lembaga Swadaya Masyarakat Paluma Heni Asih mengatakan pihaknya sudah mulai melakukan sosialisai kepada PKL Malioboro mengenai penggunaan minyak goreng secara sehat dan pengumpulan jelantah sejak empat bulan lalu.

"Minyak goreng yang terkumpul kemudian diolah di Universitas Negeri Yogyakarta menjadi biodiesel. Biodiesel yang dihasilkan juga sudah diujicobakan ke armada angkutan umum," katanya.

Ia menyebutkan sebanyak 80 hingga 90 persen bagian minyak jelantah dapat menghasilkan biodiesel.

"Untuk harga keenomian masih kami hitung dan diupayakan tidak lebih mahal dibanding harga solar non subsidi," katanya.

Biodiesel yang dihasilkan tersebut telah diujicobakan kepada 10 armada yang melayani trayek Yogyakarta-Kaliurang yang dikelola Koperasi Serba Usaha Ngandel.

"Uji coba sudah dilakukan selama hampir satu bulan. Hasilnya cukup bagus. Kendaraan lebih memiliki tenaga saat di tanjakan dan lebih hemat bahan bakar. Jika satu hari biasanya mengonsumsi 15 liter biosolar, maka dengan biodiesel hanya membutuhkan 12 liter," kata Ketua Koperasi Serba Usaha Ngandel Juriyanto Gawe.

Selama uji coba, bahan bakar tersebut masih diperoleh secara cuma-cuma, meskipun demikian ia tidak mempermasalahkan jika suatu hari nanti harus membelinya. "Harapannya, seluruh armada yang kami miliki, 55 unit, akan menggunakan bahan bakar biodiesel ini," katanya. (Eka Arifa Rusqiyati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com