Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Akulturasi Budaya di Gereja Palasari

Kompas.com - 24/12/2014, 18:26 WIB
KOMPAS.com - Anak–anak membentuk sebuah lingkaran. Salah seorang mengucapkan pujian ke hadapan Tuhan. Doa mereka mengalun di antara heningnya siang dalam kegiatan latihan bersama. Persiapan ini dilakukan sebagai dalam rangkaian malam Natal di Dusun Palasari, Kabupaten Jembrana, Bali.

Di tengah perkampungan inilah, Gereja Katolik Hati Kudus Palasari sarat mengandung akulturasi budaya Hindu dengan Kristen. Bentuk akulturasi ini masih bertahan sampai sekarang. Seperti biasa, dalam serangkaian perayaan Natal ini, berbagai persiapan dilakukan, tidak berbeda dengan budaya yang dianut umat Hindu di sini.

Hal ini bisa disaksikan dari berbagai macam bentuk janur dan penjor yang menghiasi rumah-rumah di sepanjang jalan. Begitu pula berbagai aktifitas gotong royong yang lebih dikenal istilah "ngayah" yang dilakukan oleh sekelompok umat Kristen menjelang perayaan Natal.

EKA JUNI ARTAWAN Gereja Palasari berawal pada tahun 1940-an, di mana Peter Simon Buis, SVD bersama puluhan kepala keluarga yang berasal dari Tuka dan Gumbrih, membuka sebuah hutan Pala di suatu lokasi dekat bukit, yang diberi nama Palasari (sekarang disebut Palasari Lama), Kabupaten Jembrana, Bali.
"Perpaduan ini semacam ada inkulturasi antara Gereja Katolik dengan budaya Bali. Kita mau mengembangkan agama Katolik yang berakar pada budaya Bali. Kita tetap hidup sesuai budaya yang ada, dalam Gereja Katolik ada istilah inkulturasi budaya," kata Romo Adianto Paulus Harun, Pr.

Bangunan gereja dengan gaya arsiktektur Bali ini dikelilingi oleh dua lapis tembok atau "penyengker". Di halaman paling bawah ada dua kori bentar yang menonjolkan bentuk bangunan Bali. Terdapat pula patung Hati Kudus Tuhan Yesus, sebelum menaiki anak tangga yang cukup tinggi. Begitu sampai di halaman atas, di depan pintu masuk utama pandangan bisa leluasa melihat lapangan bola serta rumah penduduk di sekitar perkebunan yang tumbuh subur.

Di bawah menara lonceng inilah, pada perayaan Natal ada nuansa Bali akan jelas dirasakan. Selain umat yang diwajibkan berbusana Bali terdapat pula "gebogan" atau "pajegan" (susunan buah dan jajanan sarana sesajen umat Hindu di Bali) sebagai bentuk persembahan. Bangku–bangku dari kayu ini mewakili perpaduan gaya bangunan Eropa dengan desain gothic yang terlihat dari lengkungan yang ada di bagian dalam.

EKA JUNI ARTAWAN Goa Maria sebagai tempat berdoa dan memohon berkah yang berada di Gereja Palasari di Negara, Kabupaten Jembrana, Bali.
Tempat persembahyangan terpisah lainnya, terdapat pula Palinggih Ida Kaniaka Maria atau Goa Maria yang hanya berjarak 100 meter dari bangunan gereja. Goa Maria semacam sarana untuk mendukung iman umat, untuk devosi terhadap Bunda Maria. Dalam perayaan Natal peran Bunda Maria tetap melekat.

Gereja yang memiliki luas lahan sekitar 3 hektar ini letaknya di tengah-tengah kampung. Bangunan gereja ini bisa menjadi semacam titik sentral. Semua perayaan fokus semuanya di sini. "Gereja ini terbuka untuk umat Katolik, keberadaannya menjadi semacam sentral. Puncaknya bisa dilihat di mana–mana di kampung ini, juga bisa dijadikan sebagi sentral dari kehidupan umat," ungkap Romo Adianto Paulus Harun, Pr.

Di satu kampung besar ini, mayoritas umat Katolik ada di tiga dusun yang terdiri dari Palasari, Perwata Sari, dan Warga Sari. Ketiga dusun ini hampir seratus persen umatnya beragama Kristen Katolik. Dulunya, seluruh umat ini bergabung dalam satu desa menjadi bagian dari Desa Palasari. Sekarang ketiga dusun ini masuk menjadi dalam satu desa di Desa Ekasari, dan berada dalam satu Desa Pemaksan (Desa Pakraman) yang mencakup ketiga dusun tersebut.

EKA JUNI ARTAWAN Dusun Palasari berada di Desa Ekasari merupakan desa yang masih asri dan tertata rapi sebagai salah satu Desa Wisata di Kabupaten Jembrana, Bali.
Gereja Hati Kudus Palasari telah berusia  74 tahun, di mana Pastor Simon Buis SVD pertama kalinya mengenalkan Agama Katolik di Palasari, Bali Barat. Di pengujung tahun ini, adalah sangat tepat menyambangi tempat ini sebagai bagian dari tujuan wisata desa sekaligus wisata rohani.

Nuansa keberagaman akan terlukis dari keberadaan umat Hindu dengan Katolik seiring dua hari raya yang tengah berlangsung saat ini. Perayaan Natal di tengah suasana Hari Raya Galungan dan Kuningan ini memberi kesan indah dengan hadirnya hiasan "penjor" di depan rumah penduduk dalam sepanjang perjalanan memasuki Dusun Palasari. (EKA JUNI ARTAWAN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com