Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penting, Tips Memilih Kepiting Saat di Restoran

Kompas.com - 14/01/2015, 21:03 WIB
Kontributor Travel, Sri Noviyanti

Penulis

KOMPAS.com - Saat berada di restoran dengan menu seafood, pengunjung biasanya diminta memilih sendiri sebelum dimasak. Kebanyakan orang merasa puas saat dibolehkan memilih sendiri. Ukuran yang besar biasanya paling menggoda. Tetapi tahukah Anda bagaimana cara memilih seafood, khususnya kepiting yang segar sehingga menambah kenikmatan saat dihidangkan? Executive Chef The Holy Crab, Albert Wijaya memberikan beberapa tips untuk memilih kepiting segar. Berikut di antaranya.

Pilih Jenis Kepiting Sesuai Selera

Ada berbagai jenis kepiting dengan karakter rasa yang berbeda pula. Menurut Albert, tiap orang punya kepiting favorit sendiri. "Jenis kepiting ada banyak, mulai dari yang lokal hingga impor punya. Kualitasnya bisa dikatakan baik bila memenuhi standar siap disantap dan harus diperhatikan kesegarannya," ujar Albert.

Ukuran Standar Kepiting

Kepiting layak makan adalah kepiting yang tidak terlalu kecil ukurannya. Menurut Albert, setidaknya berat minimal adalah yang di atas 200 gram. "Sebenarnya kalau bisa ukuran 450 - 500 gram tapi mungkin kalau di pasar sulit ditemui, tapi kalau di restoran masih ada. Lalu kalau bisa jangan yang betina apalagi sedang bertelur, sayang kalau betina dihabiskan. Anak cucu kita bisa-bisa tidak bisa menikmati kepiting lagi," katanya lagi.

Aktif Berarti Segar

Umumnya kepiting ditaruh dalam satu wadah besar. Tiap kepiting biasanya dalam keadaan terikat agar saat dipilih dan disentuh tidak membahayakan. "Saat diikat, cobalah tarik kaki di bagian yang paling belakang. Apabila saat ditarik, ia bergerak aktif berarti kepiting ini hidup (segar). Hati-hati banyak yang sudah lemas, dan juga ada yang sudah mati," tutur Albert.

Lain lagi bila kepiting ditaruh dalam akuarium. Memang ini menandakan kepiting masih benar-benar hidup. Tapi hati-hati, terkadang saat diolah, kepiting pilihan bisa saja ditukar. "Kalau olahan atau masakan kepiting berbumbu tebal, sudah tidak mungkin mengenali kepiting yang tadi dipilih. Tapi kalau hanya direbus atau kukus saja baru disirami saus mungkin masih terlihat jelas dan terasa saat dinikmati," tambahnya.

Jangan Terima Kepiting Hancur

Albert menuturkan bahwa salah satu perbedaan kepiting segar dan yang tidak saat diolah dapat pula dilihat setelah dimasak. "Kalau dagingnya hancur, jangan pernah dimakan. Langsung komplain saja. Daging kepiting yang hancur dan agak lembek menandakan kepiting jauh dari kondisi segar," ungkapnya.

Daging kepiting segar menurutnya, teraga agak manis walaupun diolah tanpa bumbu sekalipun. "Kepiting segar terlihat dari sebelum dimasak sampai setelah dimasak. Kalau bentuk dan rasanya tidak meyakinkan karena hancur atau aromanya berbau. Jangan diterima," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com