Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Gunung Everest Kotor gara-gara Pariwisata?

Kompas.com - 09/03/2015, 17:12 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

KOMPAS.com — Gunung Everest kini menghadapi masalah kotoran manusia yang telah mengotori tempat kemah dan lereng pendakian Gunung Everest. Hal itu berakibat pada penyebaran penyakit dan menyebabkan pendaki harus berpikir kembali ketika ingin mendaki. Kotoran manusia di puncak tertinggi di dunia dan simbol kepercayaan yang penting bagi orang-orang Nepal dapat menjadi kesalahan yang menyedihkan karena komersialisasi menghancurkan lingkungan pegunungan.

Seperti dikutip dari The Telegraph, setiap tahun ratusan orang tiba di Everest dan bertekad untuk mencapai puncak tertinggi di dunia. Banyak pendaki bersikeras telah mempelajari panjat tebing dan mendaki gunung bertahun-tahun demi mengembangkan keterampilan mereka. Namun, telah ada perkembangan dalam jumlah pendaki yang berhak mendapatkan kesempatan ke puncak.

Selain hal itu, bertambahnya jumlah orang yang ingin mendaki kini telah menyebabkan masalah. Memang benar tidak adanya fasilitas toilet di titik kemah Everest. Sistem toilet yang ada juga telah mengurangi masalah yang ada.

Seperti contoh sistem toilet berbentuk perahu yang telah dikembangkan untuk mencegah kotoran langsung ke laut. Namun, sistem ini hanya akan menambah masalah di tempat kemah. Ketika berada di ketinggian, kebutuhan untuk melakukan salah satu fungsi tubuh secara normal tetap ada.

Meskipun pada tahun 2014 telah ada peraturan baru untuk membawa turun kotoran, untuk menegakkan aturan ini cukup membuat masalah. Membuang kotoran dalam plastik dan membawanya turun dari gunung cukup mustahil dilakukan.

Permasalahan kotoran manusia ini sebenarnya dapat diatasi dengan investasi dan regulasi. Pemerintah Nepal bertanggung jawab untuk menyediakan sanitasi di tempat kemah. Hal itu juga membutuhkan perjanjian dengan perusahaan-perusahaan yang menyediakan jasa pemandu.

Pemandu bertanggung jawab untuk mengatur tamu dalam hal pelestarian lingkungan pegunungan. Pada akhirnya, orang-orang yang ingin mendaki ke Gunung Everest dan puncak lainnya memiliki tanggung jawab dalam pendakian yang mereka lakukan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com