Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekinian Lasem dalam Kekunoannya

Kompas.com - 07/09/2015, 15:03 WIB

Sebelum memulai perjalanan di pagi hari, saya mampir sarapan di sebuah warung di bilangan Karangturi. Warga setempat menjuluki dengan Warung Hai lantaran pemiliknya bernama Loo Jeng Hai.

Sang peracik bernama Koh Karjin. Setiap pagi hari, warungnya menyajikan beragam makanan sarapan pagi seperti nasi uduk, nasi semur (bihun masak kecap), aneka gorengan, kue tradisional dan minuman spesial warung ini: Kopi Lelet.

Kopi lelet sejatinya adalah kopi khas daerah Kabupaten Rembang. Sajian kopi hitam legam yang memiliki ampas pekat yang digunakan untuk melukis di atas rokok. Si seniman kopi lelet ini menggunakan ampas kopi dicampur susu kental manis. Setelah tercampur rata, seniman ini akan membuat aneka motif di atas rokok dengan menggunakan tusuk gigi sebagai alat lukisnya. Menarik, karena tradisi ini hanya ada di sekitar Kabupaten Rembang. Mas Karjin ini pun menjadi salah satu pendukung seniman kopi lelet berkreasi di warungnya.

“Setiap hari ada saja yang membuat kerajinan kopi lelet. Rokok digambari, biar awet waktu diisap,”ujar Mas Karjin.

Tak jauh dari warung kopi Koh Karjin, di ujung jalan menikung, tampak sebuah rumah gaya Cina bersahaja. Rumah itu terbuat dari papan-papan kayu beratapkan genting merah, berlantaikan hamparan terakota. Di sanalah pabrik Yopia tradisional yang telah dipegang oleh generasi ketiga pembuatnya, Koh Siek Soen Hong (63).

Yopia adalah makanan semacam kue kering berkulit tipis yang didalamnya terdapat lapisan gula merah. Jika Anda berkesempatan mengunjungi workshop yopia ini, silakan mampir pagi hari antara pukul 7-10 pada saat Yopia dipanggang. “Sore hari kadang hanya untuk pengepakan,”ujar Koh Soen Hong. “Yopia ini tahan lama lo, sampai 3 minggu,” lanjut laki-laki yang mirip bintang film Hongkong Stephen Chow. Senyum dan tawa khasnya tentu tak akan pernah bisa dilupakan!

Kopi lelet di warung milik Loo Jeng Hai, Lasem. (Agni Malagina/FIB-UI)

Kemudian, saya beranjak memasuki rumah Sigit Witjaksono (84), dan waktu pun kembali seolah berhenti. Rumah berarsitektur Cina lawas dihiasi aneka pigura foto-foto kenangan keluarga sang maestro batik Lasem ini.

Sigit menyambut dengan senyumannya. Kami duduk di teras belakang rumahnya sambil menyaksikan para pembatik Sekar Kencana yang sedang melakukan proses isen-isen, nglorot dan penjemuran batik. “Batik keluarga saya,” ujar Sigit, “memiliki aneka motif khas tradisional Cina seperti kura-kura, naga, burung hong, kupu-kupu, kelelawar, bunga krisan.”

Banyak pesan moral dan simbolik dalam batik Lasem. Rumah batik milik Sigit juga memproduksi tok wie (kain penutup meja altar) batik. Kemudian Sigit melanjutkan, “Satu yang khas batik saya ini saya beri sentuhan aksara Han tentang pepatah Bahasa Cina Klasik, seperti Si Hai Zhi Nei Jie Xiong Di Ye—semua manusia di empat penjuru lautan adalah saudara.”

Selepas dari rumah batik Sekar Kencana, saya menemui sanggar kerja bernuansa rumah Indis milik Henry Setiawan, seorang pria muda keturunan ke enam dari keluarga batik Njoo Tik Liang.

Henry seorang pemuda metropolitan yang sempat mengenyam karir cemerlang di sebuah perusahaan swasta Surabaya. Namun, ia memutuskan kembali ke Lasem dan melanjutkan usaha batik ayah ibunya yang bernama “Padi Boeloe”. Kemudian, Henry mengembangkan kreasinya dengan merek dagang “Rajawali”.

Hebatnya, Henry pun semakin mantap mengembangkan batiknya dan berkompetisi dengan sang istri, Renny Priscilla—generasi ke 5 Batik Lasem Maranatha. Istrinya merupakan salah satu seniman batik halus Lasem yang mengerjakan reproduksi batik-batik pakem klasik Lasem.

 “Saya jatuh bangun meneruskan batik warisan ayah," ujar Henry. Dia mempelajari berbagai resep warna batik keluarga: merah, hijau, biru, violet dan kuning. Salah satu tantangannya, sang ayah mengkreasikan warna ‘soft mbladus’ yang sebelumnya tidak pernah ada dalam khasanah warna batik Lasem.

Satu karya ayahnya yang tidak bisa ditiru adalah ‘broken sekar jagad’. Nama ini diberikan oleh Mas Pop, seorang penggiat budaya Rembang Lasem. “Warnanya keluar pakem karena kesalahan teknis, tak bisa diulang lagi,” lanjut Henry sambil memperlihatkan batik bermotif bunga kecil warna coklat muda dengan semburat merah.

Di akhir perjumpaan, Henry memperlihatkan kepada saya dua buah kain tok wie hasil batikan sang ayah dan ibu. “Kenangan yang tak ada duanya,” pungkasnya.

(Agni Malagina, sinolog dari Fakultas Ilmu Budaya, Universitas indonesia.)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Jalan Jalan
Kering Sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Kering Sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Travel Update
Arab Saudi Targetkan Lebih dari 2 Juta Kunjungan Turis Indonesia pada 2024

Arab Saudi Targetkan Lebih dari 2 Juta Kunjungan Turis Indonesia pada 2024

Travel Update
7 Hotel Dekat Stasiun Gambir, Mulai Rp 125.000

7 Hotel Dekat Stasiun Gambir, Mulai Rp 125.000

Travel Update
Wisata ke Arab Saudi Kini Bisa Pakai Visa Umrah

Wisata ke Arab Saudi Kini Bisa Pakai Visa Umrah

Travel Update
Promo Pameran Saudi Tourism Authority, Diskon Umrah hingga Rp 3 Juta

Promo Pameran Saudi Tourism Authority, Diskon Umrah hingga Rp 3 Juta

Travel Update
Wisatawan Nekat Kunjungi Tangga Haiku di Hawaii meski Sudah Ditutup

Wisatawan Nekat Kunjungi Tangga Haiku di Hawaii meski Sudah Ditutup

Travel Update
P'Narach Food and View, Resto dengan Konsep Unik di Kabupaten Semarang

P'Narach Food and View, Resto dengan Konsep Unik di Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
Bandara di Jepang Ini Tidak Pernah Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun

Bandara di Jepang Ini Tidak Pernah Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun

Travel Update
Air Terjun Dolo: Pesona Alam Lereng Gunung Wilis di Kabupaten Kediri

Air Terjun Dolo: Pesona Alam Lereng Gunung Wilis di Kabupaten Kediri

Jalan Jalan
5 Tempat Wisata Dekat Simpang Lima Semarang, Bukan Cuma Lawang Sewu

5 Tempat Wisata Dekat Simpang Lima Semarang, Bukan Cuma Lawang Sewu

Jalan Jalan
25 Hotel Terbaik di Dunia 2024 Versi TripAdvisor, Ada dari Indonesia

25 Hotel Terbaik di Dunia 2024 Versi TripAdvisor, Ada dari Indonesia

Hotel Story
Barang yang Paling Sering Ditinggal Wisatawan di Bandara, Apa Saja?

Barang yang Paling Sering Ditinggal Wisatawan di Bandara, Apa Saja?

Travel Tips
3 Syarat Wajib Ada di Destinasi MICE, Salah Satunya Venue

3 Syarat Wajib Ada di Destinasi MICE, Salah Satunya Venue

Travel Tips
5 Kolam Renang di Depok, Lengkap dengan Informasi Harga Tiket

5 Kolam Renang di Depok, Lengkap dengan Informasi Harga Tiket

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com