BIMA, KOMPAS.com - Obyek wisata yang ada di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, belum sepenuhnya memberikan kontribusi bagi masyarakat.
Karena tidak didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai, sejumlah obyek wisata di kota tepian air itu belum mampu menarik perhatian pengunjung dengan jumlah yang banyak.
Salah satunya, Pantai So Numbe yang diterletak dibagian utara Kelurahan Kolo, Kecamatan Asa Kota.
Obyek wisata ini hanya mengandalkan keindahan laut dan bentangan pasir putih yang bersih. Sementara fasilitas pendukung, seperti tempat duduk, toilet dan tempat berteduh sangat minim.
Salah satu pengunjung, Ady mengatakan, potensi obyek wisata tersebut hingga saat ini belum mampu menarik perhatian pengunjung lantaran tidak didukung oleh fasilitas yang memadai.
"Setiap pengunjung yang datang selalu mempertanyakan fasilitas. Seharusnya dibangun sarana yang memadai, seperti tempat berteduh dan lainya," kata Ady.
Menurut Ady, minimnya fasilitas penunjang menyebabkan para wisatawan merasa tidak nyaman.
Untuk menikmati liburan, saat hari Minggu misalnya, Ady bersama keluarganya harus membawa tikar dan tenda untuk berteduh.
"Fasilitasnya memang sangat kurang, sehingga sebagian pengunjung yang datang merasa tidak betah. Setelah berenang dan berfoto-foto, mereka langsung pulang," tutur Ady.
Terlebih Lagi akses jalan menuju lokasi wisata itu mengalami rusak parah. Kondisi tersebut menyebakan minat wisatawan yang berkunjung pun cenderung menurun.
"Kalau hari libur memang ada pengujung yang datang. Tapi jumlahnya tidak terlalu banyak, bisa dihitung lebih dari 20 orang. Itu pun setiap mereka datang selalu mengeluhkan minimnya fasilitas yang ada," ujar Ady.
"Kami menginginkan ada ketersediaan sarana yang memadai. Begitu juga akses jalan harus diperbaiki. Dengan begitu, semua para pengunjung yang datang merasa nyaman," harap Ady.
Tidak hanya itu, keberadaan obyek wisata ini juga harus dijaga dan diawasi. Ini karena adanya aktivitas warga yang menggali pasir diseputar area pantai tersebut secara ilegal.
Akibatnya, Pantai So Numbe menjadi terkikis, bahkan beberapa titik sudah mengalami kedalaman. "Itu tidak boleh dibiarkan, karena tindakan itu akan merusak lingkungan," tambah Ady
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.