Sementara itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengaku ide besarnya adalah urusan pemasaran. Jadi, lanjutnya, calon pelanggan bisa saja adalah pelanggan orang lain. "Ini ide marketing-nya, dia jauh-jauh datang (misalnya ke Singapura), kita yang dapatkan," katanya.
Menurut Arief, sistem ini sudah diterapkan di beberapa negara, termasuk negara di ASEAN. Seperti Malaysia memberlakukan bebas visa kepada semua wisatawan yang sudah mempunyai visa Singapura (masuk melalui Singapura).
"Atau dia punya visa ke Amerika, berarti lulus security untuk ke Amerika, bisa kita bebaskan ke Indonesia. Atau schengen dan visa Australia, ini kan dapatkannya susah," katanya.
Sehingga, bila wisatawan sudah lolos mendapatkan visa-visa "susah" tersebut dipercaya sudah terjamin keamanannya. Selain faktor keamanan, Arief juga mengaku adanya faktor bisnis.
"Tiga besar (jumlah wisman di ASEAN) itu Thailand, Malaysia, Singapura. Singapura jumlah wisman 15 juta, Malaysia 24 juta, Thailand 26 juta. Total ada 66 juta wisman yang beredar di sini. Mereka bisa langsung mampir ke negara kita," jelas Arief.
Sehingga, lanjut Arief, jika faktor pelayanan sudah ditingkatkan, yaitu pembebasan visa, maka wisman dari negara-negara jauh sekalipun jika sudah dekat Indonesia, bisa lebih mudah masuk Indonesia.
Usulannya untuk pemberlakukan sistem tersebut di Indonesia adalah bebas visa kepada wisatawan dari negara pasar utama yang sudah mempunyai visa Singapura, Malaysia, Jepang, Australia, Amerika Serikat, dan Schengen. Berdasarkan kajian United Nation World Tourism Organization (UNWTO) dan World Travel & Tourism Council (WTTC) menyebutkan bahwa pemberlakuan bebas visa dan third country visa bisa meningkatkan kunjungan wisatawan sebesar 5 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.