Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menelusuri Jejak Romantis di Kota Paris

Kompas.com - 16/04/2015, 15:36 WIB
SAMBIL memegang erat pegangan tali yang tergantung di atas gerbong, penuh sesak saling berdekatan, suara rel gemuruh bersautan,  mengharuskan sikap  waspada dan berhati-hati. Para penumpang antre berjejal untuk keluar gerbong menuju tujuan masing-masing. Itulah transportasi Metro (subway) di Stasiun Sint Michel, Paris yang terkenal rumit saat jam-jam padat penumpang pada pukul 08.00 waktu setempat di bulan Maret 2015.

Dari kejauhan di lorong stasiun sepasang remaja beraroma cinta. Saling  berbagi cerita bertutur kata mesra, tertawa penuh canda sambil mengabadikan momen keindahan mereka dengan smartphone. Seperti remaja pada umumnya mabuk selfie dari berbagai angle; atas, bawah, samping, kiri dan kanan pokoknya bolak-balik seperti seterikaan.  Sungguh senang melihat kebahagiaan mereka, tak perduli dengan apa yang terjadi di sekelilingnya.

MADE AGUS WARDANA Taman mungil square du vert-galant di Paris, Perancis.
Setelah keluar dari Stasiun Metro Sint Michel, saya berdiri sambil memandang ke sebuah daratan di tengah sungai yang dinamakan Île de la Cité (baca : Il de la cite). Île de la Cité merupakan satu dari dua pulau alami yang pada zaman abad pertengahan menjadi pusat kota Paris. Pulau ini berbentuk memanjang seperti sebuah kapal terapung yang dikelilingi tanggul-tanggul penahan air sungai.

Menurut informasi dari brosur wisata bahwa perhatian pemerintah kota Paris  terhadap kebersihan Sungai Seine sangat tinggi. Terkadang tulisan di brosur hanya wacana manis belaka. Saya tidak percaya begitu saja. Tanpa pikir panjang, saya ingin membuktikan kebenaran informasi tersebut dengan cara menelusuri pinggiran Sungai Seine seorang diri. Keren sekali!

MADE AGUS WARDANA Gereja Katedral di Notre Dame, Paris, Perancis diambil dari jarak 200 meter.
Saya terperanjat dari bawah jembatan. Bunyi riak-riak air sungai bergema memantul ke dinding tembok menghasilkan suara jernih melengking. Tempat seperti inilah memang menjadi incaran saya. Lantas dengan cepat tangan usil saya memotret indah monumen spiritual Gereja Katedral Notre Dame dari jarak 200 meter.

Kemudian saya berbalik arah menuju bagian barat  Île de la Cité melewati jembatan paling tua di Paris yaitu Pont Neuf (Jembatan Baru). Pont Neuf didirikan pada zaman Raja Perancis Henry III tahun 1578 dan dirampungkan oleh Raja Henry IV pada tahun 1607. Di atas jembatan ini, berdiri megah patung perunggu Raja Henry IV sedang menunggang kuda. Pont Neuf membentang dengan panjang 238 meter serta lebar 20,50 meter terdiri dari 12 arc (lengkungan di bawah jembatan).

MADE AGUS WARDANA Patung Raja Perancis, Henry IV di Paris.
Perlahan-lahan saya mengamati penataan batu berukir, lengkungan dan terheran-heran melihat goresan kreatif para pengukir batu menggunakan peralatan tidak secanggih zaman modern. Sungguh hebat!

Selangkah kemudian, hati saya berdebar-debar. Tidak sanggup melirik ke kanan karena lagi-lagi sejoli cinta bercengkrama mengalunkan lagu mabuk asmara. Mereka hanyut dalam kasih dan sayang. Ada juga seorang perempuan sendiri, sepertinya janjian menunggu kekasihnya datang. Berulang kali selfie, chating, mengirim pesan cinta melalui teleponnya.

MADE AGUS WARDANA Pont Neuf, jembatan tertua di Paris, Perancis.
Sungguh berbeda ketika saya pertama kali ke Eropa tahun 1996, di mana ungkapan cinta berupa tulisan tangan ditulis dalam surat cinta disemprot dengan aroma wangi parfum cinta. Lucunya lagi, kalau kita mengirim surat cinta dari Belgia, Eropa akan diterima di Bali setelah  5 hari  kemudian. Jadi semprotan parfum cinta ke dalam surat cinta harus meluber, agar bau harum setelah 5 hari tetap dihirup manja oleh sang kekasih pujaan hati.

Sedangkan remaja masa kini sungguh beruntung, goresan hatinya dikirim melalui internet via sms, whatsApp, facebook, viber, skype, facetime lalu diterima dengan hitungan detik pula. Kemudahan yang lain bisa mengirim emoticon yaitu pesan emosi bergambar love, bibir merah, bunga, jempol dan banyak lagi.

ARSIP MADE AGUS WARDANA Penulis duduk di tepi Sungai Seine, Paris, Perancis.
Kalau menurut saya pribadi, surat cinta lebih "berkesan" karena ada semprotan parfum ke lembaran surat dan perempuan akan tersipu malu. Tapi ada jeleknya, jika parfum yang disemprotkan itu merknya sama dengan tetangga sebelah. Wah! Bersiaplah menerima kenyataan. Sambil tertawa kecil saya melanjutkan perjalanan.

Tiga puluh menit kemudian saya tiba di sebuah taman mungil nan cantik dan romantis. Taman itu bernama Square du vert-galant yang terletak di ujung pulau Île de la Cité (di daerah hilir sungai). Bentuknya meruncing seperti tetesan air, dihiasi dengan pohon, bangku taman, bunga dan rumput hijau. Burung-burung gembira menyambut ramah setiap tamu yang singgah di taman ini.

MADE AGUS WARDANA Square du vert galant, taman mungil nan cantik di Paris, Perancis, dipotret dari barat dengan jembatan Pont Neuf di belakangnya.
Sebagai tempat yang tenang, inilah salah satu tempat romantis yang mesti menjadi agenda kunjungan anda. Sambil duduk di pinggiran sungai, menikmati angin sepoi-sepoi yang terbawa oleh kapal pesiar melintas di Sungai Seine. Hati gundah akan terasa senang, jauh dari hiruk pikuk turis bergerombol yang selalu dibuntuti oleh pedagang acung yang menjajakan suvenir.

Nah, jika para pembaca KompasTravel ingin menikmati romantisnya Square du vert-galant ajaklah pasangan anda baik istri, suami ataupun pacar. Janganlah sendirian, karena kalau sendiri akan mengalami nasib yang sama seperti saya. Malu-malu kucing lirik sana lirik sini, karena sendirian melihat jejak romantis salah satu taman unik yang dimiliki kota Paris, Perancis ini. (MADE AGUS WARDANA, tinggal di Belgia)

MADE AGUS WARDANA Square du vert galant, taman mungil nan cantik di Paris, Perancis.
MADE AGUS WARDANA Sungai Seine yang bersih di Paris, Perancis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com