Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Kunjungan Wisman, Indonesia Butuh Data Statistik yang Akurat

Kompas.com - 03/02/2016, 14:39 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS), Senin (1/2/2016) kemarin, mencatat sepanjang 2015, penduduk mancanegara yang berkunjung ke Indonesia (wisatawan mancanegara dalam arti luas) mencapai 10,41 juta kunjungan.

Kepala BPS Suryamin menuturkan, angka tersebut terdiri dari 9,73 juta merupakan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) reguler, 370.869 kunjungan warga negara asing (WNA) yang memasuki wilayah Indonesia melalui Pos Lintas Batas (PLB), serta 306.540 merupakan kunjungan singkat WNA atau kunjungan khusus lainnya.

"Yang tidak untuk bekerja seperti wisman lansia, diklat, dakwah/rohaniawan, penelitian sebanyak 130.555 orang, dan bekerja paruh waktu kurang dari setahun sebanyak 175.985 orang,” kata Suryamin dalam paparan laporan BPS di  Jakarta, Senin (1/2/2016).

Dari bulan Januari hingga November, BPS hanya mencatat wisman reguler saja. Hal ini berarti jika menggunakan metode statistik yang konsisten sepanjang tahun 2015, kunjungan wisman pada bulan Desember 2015 adalah sebesar 370.869. Jika ditotal sepanjang tahun 2015, kunjungan wisman sebesar 9,73 juta.

KOMPAS.COM/WAHYU ADITYO PRODJO Turis mancanegara di kawasan persawahan Desa Kedisan, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar, Bali, Minggu (22/11/2015).
Menurut Pengamat Pariwisata Ida Bagus Surakusuma, pencatatan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia masih dicampur penduduk mancanegara di pos lintas batas.

Padahal, data statistik kunjungan wisman yang akurat diperlukan untuk referensi pembuatan kebijakan promosi yang akan dilakukan oleh Kementerian Pariwisata.

"Sekarang ini cara menghitungnya (wisman) dicampur aduk. Gak dibedakan tadi, diplomat gimana, wisatawan mancanegara bagaimana. Mereka kan masuk tetap dicap," kata laki-laki yang disapa Gus Lolec saat dihubungi KompasTravel dari Jakarta, Selasa (2/2/2016).

Ia mengatakan hal tersebut menjadi kelemahan bagi pemerintah saat ini untuk menyediakan data statistik yang akurat.

Menurut Gus Lolec, data statistik kunjungan wisman ini dapat memisahkan jenis tujuan ketika datang ke Indonesia misalnya untuk berwisata, konferensi, kerja, ataupun diplomat.

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Turis meniup musik bambu Bombardom di Kampung Adat Tololela, Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.
"Itu yang diharapkan data statistik yang akurat perlu ditingkatkan. Kita belum memiliki data yang statistik yang akurat. Indonesia perlu itu untuk bahan kebijakan, misalnya peningkatan promosi," jelasnya.

Gus Lolec yang juga menjabat sebagai Direktur PT Pacific World Nusantara, juga menambahkan Indonesia seharusnya telah memasuki era pencatatan statistik yang akurat.

Apalagi, lanjut dia, saat ini teknologi informasi dapat memudahkan pekerjaan pencatatan statistik kunjungan wisatawan.

"Saya yakin pemerintah menyadari pencatatan statistik yang akurat itu penting. Saat ini yang diperlukan adalah koordinasi dan sinergi antar pemerintah," katanya.

SERAMBI/M ANSHAR Turis dari kapal pesiar Noble Caledonia yang lego jangkar di lepas Pantai Ulee Lheue mengunjungi Museum Aceh, Banda Aceh, Kamis (6/2/2014). Sebanyak 120 turis dari kapal tersebut melakukan city tour mengunjungi sejumlah situs sejarah dan tsunami di Kota Banda Aceh selama enam jam. Tahun 2013 hingga Februari 2014 tercatat 16 kapal pesiar singgah di perairan Aceh dengan kapasitas 120 hingga 500 penumpang.
Sebelumnya, dengan data statistik yang dirilis oleh BPS, Pengamat Kebijakan Publik dari Perkumpulan Prakarsa, Ah Maftuchan, mengatakan target wisman sebesar 10 juta belum tercapai.

"Menurut saya dengan target Kementerian Pariwisata sebanyak 10 juta (wisman) dan data rilisan BPS 9,73 juta, jadi belum tercapai," kata Maftuchan saat dihubungi KompasTravel di Jakarta, Selasa (2/2/2016) sore.

Ia menambahkan jika dalam target kunjungan wisman yang ditetapkan oleh Kemenpar, yang dihitung adalah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia untuk bertujuan rekreasi.

Sementara, menurut Maftuchan, target Kemenpar dan komponen-komponen jenis penduduk mancanegara yang diungkapkan oleh BPS, penduduk di lintas batas negara Indonesia itu tak termasuk ke dalam kategori wisatawan.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Wisatawan di Gili Trawangan, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Jumat (18/4/2014).
"Kalau namanya turis itu melakukan kunjungan wisata. Kalau lintas batas itu penduduk yang selalu wara-wiri, jadi bukan semata-semata untuk bisnis, bisa untuk sosial karena bertetangga karena ada hubungan suku, daerah," ungkap laki-laki lulusan magister Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia.

Dengan capaian Kemenpar saat ini, Maftuchan menilai Kemenpar perlu kerja keras dan membuat kebijakan-kebijakan konkret pada tahun ini untuk menarik kunjungan wisman ke Indonesia. Pasalnya, Indonesia secara potensi alam dan budaya sangat menarik untuk ditawarkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com