DOMPU, KOMPAS.com - Kawasan Gunung Tambora ditetapkan sebagai Taman Nasional oleh Presiden Jokowi pada April 2015 lalu. Namun kini, banyak warga dan pendaki yang mengeluhkan jeleknya jalur pendakian Tambora terutama menuju Pos 1.
Gunung Tambora yang terletak di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, menjadi tujuan para pendaki baik domestik maupun mancanegara. Atlet maraton gunung solo, Willem Sigar Tasiam (58) pun menjadikan Tambora sebagai salah satu checklist dari daftar 50 gunung yang didakinya dalam 50 hari.
Tim ekspedisi "Jelajah Tanpa Batas" yang menemani Willem mendaki Tambora, Kamis (28/4/2016) lalu menunggu di Desa Pancasila. Ini adalah base camp favorit pendaki, karena terdapat penginapan sederhana untuk menginap.
"Jalurnya jelek banget. Bikin susah pendaki," keluhnya kepada KompasTravel waktu itu.
Syaiful Basri, petugas registrasi pendakian Gunung Tambora sekaligus pemilik penginapan di base camp Desa Pancasila menyebutkan, jeleknya jalur tersebut akibat illegal logging termasuk dari masyarakat sekitar.
"Yang melakukannya masyarakat sekitar juga. Praktiknya sudah lama, sekitar 2013," tutur Syaiful.
Pria itu lanjut bercerita, semuanya berawal waktu Kemenhut memberikan izin kepada PT Agro Wihana Bumi (AWB) untuk 'mengelola' hutan di kawasan tersebut.
"Jadi timbullah kecemburuan warga, sehingga ada persaingan," tambah dia.
"Bisa 20-30 truk per malam," tambah Syaiful.
Rusaknya jalur pendakian di kaki Gunung Tambora tentu mengganggu para pendaki yang ingin menikmati alam. Syaiful berharap, pemerintah segera menindaklanjuti hal tersebut.
"Intinya, jalur menuju Taman Nasional kalau bisa tidak diganggu," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.