Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Perbedaan Durian di Indonesia dengan Negara ASEAN Lainnya...

Kompas.com - 13/02/2018, 08:00 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Eje Kim, profesor ahli geologi dari Seoul National University Korea ini sejak 1997 telah berkeliling negara-negara di Asia Tenggara untuk mempelajari alam dan kehidupan masyarakatnya.

Asia Tenggara yang dianggap "rendah" di negara asalnya, ternyata mampu ditepisnya setelah mengunjungi berbagai negara, terutama Indonesia.

Uniknya, tak hanya fokus di bidang keahliannya yang ia pelajari. Namun salah satu buah khas Asia Tenggara lah yang telah membuatnya nyaman, dan berkesan.

Menginjak usianya yang ke 46 tahun, kini ia telah memilih beberapa negara di Asia Tenggara yang ia juluki "Durian Kingdom" yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand.

Ia menceritakan keseruannya bersama durian di berbagai negara tersebut saat peluncuran buku Happy Yummy Journey, di Gramedia Central Park, Jakarta, Sabtu (10/2/2018).

Eje Kim, seorang profesor asal Korea Selatan yang mencintai durian Indonesia sedang menjelaskan kecintaannya pada Indonesia, dalam acara launching bukunya Happy Yummy Journey, di Gramedia Central Park, Jakarta, Sabtu (10/2/2018).KOMPAS.COM/Muhammad Irzal Adiakurnia Eje Kim, seorang profesor asal Korea Selatan yang mencintai durian Indonesia sedang menjelaskan kecintaannya pada Indonesia, dalam acara launching bukunya Happy Yummy Journey, di Gramedia Central Park, Jakarta, Sabtu (10/2/2018).

Ketika ditanya, dari berbagai negara tersebut durian mana yang membuatnya paling berkesan? Lalu ia pun diminta memilih durian mana yang terbaik.

"Singapura jadi tempat pertama saya menyelesaikan tesis, sekaligus pertama kali berjumpa durian," terangnya pada hadirin yang datang sore itu.

Menurutnya di Singapura amat banyak durian, negara tersebut juga mempromosikan durian dengan hebat. Mulai pariwisatanya menjanjikan durian bagi para turis, hingga ada media cetak yang menamainya dengan "Durian Post".

Namun setelah ia telusuri, ragam durian yang banyak di Singapura ternyata berasal dari Indonesia dan Malaysia. Paling banyak menurutnya dari daerah Medan, Sumatera Utara.

Durian Musang King.KOMPAS/M CLARA WRESTI Durian Musang King.
Sementara di Malaysia, durian juga cukup banyak. Poin yang paling menarik untuknya ialah amat banyak olahan durian di sana. Mulai permen durian, kripik durian, cokelat durian, bahkan yang tidak masuk akal seperti sabun durian.

"Ragam olahan durian di Malaysia belum cukup bagi saya untuk menikmati durian seutuhnya. Itu tidak segar dan sudah terlalu banyak campuran," pekiknya.

Hanya durian Musang King dan beberapa jenis yang membuatnya suka akan citarasa durian Malaysia.

Untuk Thailand, menurutnya jenis durian di sana hanya ada satu yang layak yaitu durian Bangkok. Ia merasa bosan berlama-lama di Thailand untuk mencicipi durian.

"Di Thailand ada kafe durian terkenal, dari Malaysia. Namanya Musangking cafe, tapi rasa duriannya tidak enak. Seperti ubi manis. Namun mereka (warga Thailand) suka," ujarnya.

Antusiasme pengunjung yang sedang berburu durian di salah satu Semarang Festival Durian 2017, Sabtu (25/2/2017).KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia Antusiasme pengunjung yang sedang berburu durian di salah satu Semarang Festival Durian 2017, Sabtu (25/2/2017).
Festival Bazar Durian BogorKOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA Festival Bazar Durian Bogor
Indonesia ialah negara terakhir yang ia eksplor duriannya. Ia menemukan jenis durian yang amat beragam, bahkan hingga kini ia telah mengunjungi berbagai kota dari Aceh hingga Papua, tapi belum semua jenis telah ia coba.

"Durian Indonesia sangat beragam, memiliki kandungan minyak yang berbeda, tekstur yang berbeda, aroma berbeda, dan rasa yang berbeda dari ekosistem yang berbeda," ucapnya.

Durian Indonesia memiliki karakteristik yang khas di setiap jenisnya. Tidak seperti di Malaysia, yang terlalu banyak rekayasa generik, perbedaannya menurutnya kurang alami.

"Durian Indonesia masih amat alami, banyak di hutan-hutan yang enak. Seperti wine terbaik yang berasal dari perkebunan kecil, bukan industri massal yang sudah banyak rekayasa," tutupnya dalam pertanyaan tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenuh Butterfly Park Bali: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kemenuh Butterfly Park Bali: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Kapal Wisata Terbakar di Labuan Bajo, Wisatawan Diimbau Hati-hati Pilih Kapal

Kapal Wisata Terbakar di Labuan Bajo, Wisatawan Diimbau Hati-hati Pilih Kapal

Travel Update
5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

Travel Tips
Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Travel Update
Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Travel Update
Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Travel Tips
Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jalan Jalan
7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

Travel Tips
Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Travel Tips
Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Travel Update
Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Travel Update
Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Travel Update
Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Travel Tips
Layanan Shower and Locker Dekat Malioboro, Personelnya Bakal Ditambah Saat 'Long Weekend'

Layanan Shower and Locker Dekat Malioboro, Personelnya Bakal Ditambah Saat "Long Weekend"

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com