Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluhan Ni Luh Djelantik Terkait Kenaikan Pajak Hiburan di Bali

Kompas.com - 24/01/2024, 10:06 WIB
Krisda Tiofani,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Founder Niluh Djelantik dan aktivis sosial asal Bali, Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik, mengeluhkan naiknya tarif pajak hiburan tertentu yang banyak berlaku di Bali.

"Masih banyak sekali keluhan-keluhan di bawah karena aturan final itu belum direvisi dan aturan tersebut berlaku untuk nasional," ujar Ni Luh kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno dalam Weekly Breef with Sandiuno, Senin (22/1/2024).

Ia mengatakan, pengusaha hiburan di Bali dan daerah Indonesia lainnya, membutuhkan kepastian tarif pajak terbaru.

Menurutnya, perlu ada diskusi antara pengusaha spa, karaoke, dan jenis usaha hiburan lainnya, dengan kementerian terkait, yakni Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Kemenparekraf.

Sebab, sebesar 60 persen ekonomi Bali mengandalkan pariwisata, yang di dalamnya termasuk wisata hiburan tertentu kena pajak 40-75 persen.

Hiburan tertentu yang terkena kenaikan pajak adalah spa atau mandi uap, karaoke, dan diskotek.

Baca juga:

Ilustrasi kelab malam, ilustrasi diskotekUNSPLASH/ALEXANDER POPOV Ilustrasi kelab malam, ilustrasi diskotek

"Mandi uap itu kalau kita massage dengan pekerja pariwisata di jalanan Seminyak, Legian, dan Kuta, tarifnya hanya Rp 150.000," ujar Ni Luh.

"Dengan tarif Rp 150.000 dan dikenakan pajak 40 persen, itu sama dengan membunuh rakyat," tambahnya.

Banyaknya pekerja di karaoke, diskotek, dan spa, yang mencapai ribuan orang, dikhawatirkan Ni Luh akan terdampak karena kenaikan tarif pajak ini.

Belum lagi, ia menyoroti pengguna jasa hiburan tersebut. Bukan hanya kalangan tertentu, kata Ni Luh, orang yang menggunakan jasa tersebut bisa hanya sekedar healing.

"Tidak semuanya di sana ingin yang aneh-aneh. Mereka hanya ingin duduk, kemudian minum sebotol minuman, dan mengeluarkan uang kerja kerasnya," ungkap Ni Luh.

Ni Luh mengkhawatirkan wisatawan nusantara yang bisa beralih ke luar negeri untuk liburan bila adanya tarif pajak hiburan yang tinggi.

"Tolong dengarkan masukkan dari rakyat. Saya membawa pesan dari seluruh pengusaha yang tidak bisa hadir. Mereka tidak butuh insetif pajak, hanya butuh regulasi yang sesuai," tutupnya.

Baca juga:

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Kompas Travel (@kompas.travel)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com