Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Simpang Nagreg Dulu dan Sekarang, Penuh Nilai Sejarah

Kompas.com - 31/03/2024, 20:08 WIB
Dian Reinis Kumampung,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com– Bersama dengan tim Merapah Trans-Jawa 2024, jurnalis Travel Kompas.com berkesempatan menjelajah berbagai kota di jalur selatan Jawa dari Jakarta sampai Banyuwangi.

Tim pun tiba di Simpang Nagreg, yang menjadi jalur mudik legendaris. Namun tahukah kamu sejarah dari jalur yang menghubungkan Priangan Timur, seperti Garut, Tasikmalaya hingga Ciamis ini memiliki sejarah yang panjang?

Berikut ini adalah penusuran Kompas Travel seputar sejarah jalur legendaris, yakni Simpang Nagreg:

Baca juga: Ini Titik yang Perlu Diwaspadai Pemudik saat Melintas Jalan Nasional Nagreg-Tasikmalaya

Jalur penunggang kuda

Ruas jalan ini pertama kali dibangun pada tahun 1808. Kala itu, jalur ini masih sempit dan kerap dilewati oleh para penunggang kuda asal Garut yang akan menuju Bandung, dan sebaliknya.

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Kompas.com (@kompascom)

Jalan ini dibangun oleh Pemerintah Belanda yang dipimpin Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels. 

Saat itu, Deandels membangunnya untuk mendukung distribusi di wilayah pemerintahannya. Tak hanya itu, Deandels juga membangun jalan ini untuk pertahanan, mobilitas militer, barang dan jasa ke kota-kota Priangan Timur.

Tidak seperti sekarang yang sudah diaspal, simpang Nagreg kala itu masih berupa tanah dan berpasir. Namun pemandangan di sekitar jalan ini masih sangat asri.

Baca juga: Jokowi: Jalan Lintas Selatan Jawa Selesai Tahun Ini

Itulah mengapa, warga Belanda sangat menyukai jalur ini. Mereka biasa menggunakan Simpang Nagreg sebagai akses menuju perkebunan teh yang menjadi tempat wisata para bangsawan Belanda.

Menariknya, jalur ini dibangun dengan dua simpangan lajur yang ikonik karena memiliki pohon besar di bagian tengah. Sejak dulu jalur ini dibuat dengan bagian kanan mengarah ke Garut kota, dan bagian kiri ke Tasikmalaya dan sekitarnya.

Simpang Nagreg masa kini

Kini, jalur ini masih menjadi andalan para pemudik untuk pulang menuju kampung halaman mereka.

Simpang Nagreg.KOMPAS.com/DIAN REINIS KUMAMPUNG Simpang Nagreg.

Ruas jalan Simpang Nagreg juga sudah diperlebar dan diaspal. Berdasarkan pantauan tim Kompas Travel, jalur ini didominasi tanjakan, turunan dan lintasan yang berkelok-kelok. 

Meski indah, para pengemudi baik roda dua, roda empat atau lebih diimbau untuk tetap waspada.

Baca juga: Pesona Panoramic Road di Lintas Selatan Jawa

Yang menarik, pohon di tengah Simpang Nagreg, masih berdiri kokoh, seakan menjadi saksi bagaimana jalur ini menyimpan cerita dan sejarah penggunanya.

Untuk kamu yang ingin mengabadikan jalur ini, diharap tetap menjaga keselamatan, ya!

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com