Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Kompas.com - 23/04/2024, 13:01 WIB
Zeta Zahid Yassa,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

Sumber CNN Travel

KOMPAS.com - Rusa sebagai pemakan tumbuhan atau herbivora, memang bukan hewan buas, sehingga tidak akan menyerang manusia.

Namun di beberapa negara bagian Amerika Serikat (AS), rusa ternyata menjadi ancaman yang menimbulkan kerugian.

Ancaman itu disebabkan oleh banyaknya kasus tabrakan antara kendaraan dengan rusa yang sedang menyeberangi jalan.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Spesies Rusa Kerdil Baru di Peru, Penemuan Pertama dalam 60 Tahun Terakhir

Salah satu insiden mengejutkan terjadi pada seorang pensiunan profesional hubungan masyarakat, Bonnie Sashin, dan suaminya. 

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Kompas Travel (@kompas.travel)

Melansir dari CNN Travel, Senin (22/04/2024) Mereka baru saja menghabiskan waktu bersama keluarga di Fairfield, Connecticut, dan pada perjalanan pulang ke hotel, mobil mereka hampir menabrak seekor rusa.

Ratusan orang tewas akibat rusa

Kejadian ini bukanlah hal yang jarang terjadi di Amerika Serikat. Setiap tahunnya, sekitar 2,1 juta tabrakan rusa-kendaraan terjadi.

Kecelakaan itu dalam satu tahun, menyebabkan kerugian ekonomi lebih dari 10 miliar dollar AS dan menyebabkan sekitar 59.000 orang terluka serta 440 orang meninggal dunia. 

Baca juga: Serunya Piknik di Taman Penangkaran Rusa Tahura WAR, Lampung

Hal ini membuat tabrakan rusa-kendaraan menjadi lebih mematikan daripada ancaman hewan lain seperti hiu, buaya, beruang, dan ular berbisa.

Para ahli konservasi mengingatkan bahwa rusa aktif pada saat senja dan fajar, yang merupakan waktu yang kurang cahaya dan sulit untuk pengemudi melihat dengan jelas. 

Selain itu, musim semi dan musim gugur menjadi waktu yang paling berisiko tinggi karena aktivitas rusa meningkat.

Ilustrasi rusa. Banyak bayi hewan yang dilahirkan dengan pola bintik, salah satunya anak rusa. Menurut ahli, pola bintik pada bayi hewan berfungsi untuk kamuflase.SHUTTERSTOCK/Melissa Burovac Ilustrasi rusa. Banyak bayi hewan yang dilahirkan dengan pola bintik, salah satunya anak rusa. Menurut ahli, pola bintik pada bayi hewan berfungsi untuk kamuflase.

Negara bagian seperti Virginia Barat, Montana, Pennsylvania, Michigan, dan Wisconsin termasuk dalam daftar negara bagian dengan risiko tertinggi untuk tabrakan hewan-kendaraan. 

Meskipun demikian, pengemudi dapat mengurangi risiko dengan mengemudi secara defensif, menggunakan lampu sorot jauh di wilayah rusa, dan tidak berbelok secara tiba-tiba saat ada rusa di depan jalan.

Selain itu, penting untuk meningkatkan kesadaran terhadap bahaya ini. Hal ini juga berlaku bagi para pemburu, di mana insiden tabrakan dengan rusa juga dapat terjadi.

Baca juga: Wana Wisata Rusa Bogor, Pengalaman Liburan Bermain dengan Rusa

Kesadaran akan lingkungan sekitar dan tindakan pencegahan yang tepat dapat membantu mengurangi risiko tabrakan dengan rusa.

Dengan adanya pengetahuan yang lebih luas tentang pola perilaku rusa dan tindakan pencegahan yang tepat, diharapkan risiko tabrakan dengan rusa dapat diminimalkan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Travel Update
19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com