Berkunjung ke pulau ini cukup mudah, yakni naik kapal cepat dari Central Pier 5. Saya dan lima orang kawan berangkat pada pukul 12.00, Minggu (20/1/2014). Karena itu, setiap orangnya dikenai 35,3 dollar Hongkong. Anak kecil, orang tua, dan penyandang difabel hanya setengahnya, yakni 17,7 dollar Hongkong. Sementara pada hari biasa (bukan hari libur) harga tiket kapal cepat 24,6 dollar Hongkong untuk orang dewasa. Untuk kapal reguler, tentu saja harga tiketnya di bawah kapal cepat.
Menuju Pulau Cheng Chau hanya membutuhkan waktu 30 menit saja. Enaknya, setiap jam, selama 24 jam, kapal selalu tersedia. Sehingga, pulau ini termasuk mudah dijangkau oleh siapa pun, termasuk para wisatawan seperti saya.
Setibanya di pulau seluas 2,45 Km persegi ini, yang terpampang di depan mata adalah restoran
Berbeda dengan pulau di Indonesia, pulau yang dalam bahasa Inggrisnya berarti "Long Island" ini, listrik tetap menyala di siang hari. Selain itu, sinyal handphone pun tetap baik, tanpa ada gangguan.
Pada hari libur, pulau ini cukup banyak dikunjungi wisatawan asing, juga lokal. Untuk wisatawan lokal, biasanya mereka hendak menikmati makan siang, atau mencari pemandangan yang berbeda dari suasana kota. Mereka bisa menikmati suasana pantai Tung Wan dan Kwun Yam, atau merasakan goa Cheung Po Tsai yang sempit, dan harus menunduk untuk melintasinya.
Sepeda-sepeda di sini cukup terawat, bahkan cenderung terlihat baru. Ada sepeda gunung, ada juga sepeda berkeranjang. Tinggal dipilih mana yang paling cocok. Setelah urusan administrasi beres, sepeda bisa langsung digowes.
Jalan di pulau ini beraspal mulus, juga bersih dari sampah. Tampak ada petugas yang selalu membersihkan jalanan di pulau ini. Mereka memakai seragam putih. Meski mulus, jalannya kadang menanjak, atau menurun. Biasanya, jika tidak kuat mengayuh sepeda saat tanjakan, para pengguna sepeda turun dan mendorongnya hingga atas. Pas turunan, ada baiknya jangan mengebut. Sebab, banyak pesepeda lain di pulau ini.
Saat melintasi jalan utama yang dekat pelabuhan, yang terlihat adalah pemandangan tempat makan, perahu-perahu nelayan, dan juga toko-toko merchandise. Di pinggir pantai, tersedia kursi taman yang menghadap ke laut.
Angin semilir yang sejuk meminimalisir keringat hasil menggowes sepeda. Pulau itu juga menyediakan lapangan bola dan basket. Ada juga kuil untuk tempat ibadah. Sarana publik cukup lengkap, termasuk telepon umum yang masih berfungsi baik, meski sudah tidak banyak yang menggunakan.
Jika tempat wisata lebih banyak berada di sepanjang pinggir pantai, rumah penduduk berada di dalamnya. Kebanyakan dari mereka banyak yang membuka warung. Salah satunya Teahouse, milik orang Jepang yang restorannya sampai dimuat di New York Times. Restoran ini hanya bisa menampung enam orang, saking kecilnya. Namun, pembeli bisa take away untuk menikmati kue kacang merahnya yang sangat terkenal.
Bersepeda seharian memang bisa mengelilingi pulau ini, namun untuk menikmati setiap sudutnya, rasanya tak cukup.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.