Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merawat Budaya dalam Festival Jajanan Kuna

Kompas.com - 28/04/2014, 16:43 WIB
HAMPIR setiap daerah memiliki makanan tradisional. Namun, kini, keberadaan makanan tradisional mulai tersisih oleh kehadiran makanan modern dan cepat saji yang semakin marak.

Demi menjaga kelestarian makanan tradisional sebagai salah satu aset budaya, Pemerintah Kota (Pemkot) Tegal, Jawa Tengah, menyelenggarakan Festival Jajanan Kuna pada Kamis (17/4/2014) hingga Sabtu (19/4/2014) di Alun-alun Kota Tegal. Festival ini diikuti 28 peserta yang terdiri dari 27 perwakilan PKK kelurahan dan 1 perwakilan PKK Pemkot Tegal.

Jajanan kuna dalam konteks bahasa Tegal sama dengan jajanan tradisional karena kuna berarti kuno dan itu identik dengan makanan yang ada sejak zaman dahulu atau makanan tradisional. ”Kami sengaja menggunakan kata kuna agar lebih terasa Tegal-nya,” kata Budi Saptaji, penanggung jawab acara.

Pemkot Tegal telah menginventarisasi makanan yang dikategorikan sebagai makanan tradisional. Makanan-makanan itu diyakini ada di Tegal sejak puluhan tahun silam, bahkan sejak zaman penjajahan Belanda.

”Ada sekitar 50 jajanan kuna yang terdata,” kata dia. Makanan tersebut antara lain cethot, bubur blohok, awul-awul, alu-alu gemblong ketan, intil-intil, blendung, dan kukuran.

Festival ini, kata Budi, adalah salah satu upaya melestarikan budaya karena makanan tradisional merupakan salah satu bagian dari budaya. Apabila tidak dilestarikan, keberadaan makanan-makanan tersebut dikhawatirkan akan hilang dan tergusur oleh makanan modern dan sepat saji.

Apalagi, biasanya tak banyak lagi yang mau membuat makanan tradisional, salah satunya karena pembuatannya memakan waktu lama. Sebagai contoh blendung yang terbuat dari jagung. Sebelum dikukus dan siap disantap, jagung harus direndam paling tidak selama enam jam.

Yuli (30), perwakilan peserta dari Kelurahan Pesurungan Kidul, adalah salah satu warga yang memiliki keahlian membuat makanan tradisional. Dia mengatakan, keahlian itu diperoleh dari orangtuanya. Bahkan, dia memanfaatkan keahliannya itu untuk menambah penghasilan keluarga dengan menerima pesanan aneka makanan tradisional.

Puji Astuti (30), perwakilan peserta dari Kelurahan Kaligangsa, Kecamatan Margadana, mengatakan, pembuatan makanan tradisional sebenarnya sederhana, hanya membutuhkan ketelatenan.

Dia mencontohkan pembuatan intil-intil yang dimulai dengan mencampur tepung tapioka dengan air mendidih sehingga tepung menjadi kenyal. Setelah diberi pewarna makanan, tepung yang sudah kenyal itu dipotong kecil-kecil dan direbus. Intil-intil rasanya hambar sehingga untuk menikmatinya ditambahkan parutan kelapa kukus dan taburan gula pasir.

Selain menyajikan intil-intil, dalam festival tersebut Puji menyajikan awul-awul yang terbuat dari singkong dan gemblong ketan yang terbuat dari beras ketan putih.

Wakil Wali Kota Tegal Nursholeh mengatakan, Pemkot Tegal akan terus mendukung upaya pelestarian makanan tradisional, antara lain dengan pembinaan melalui PKK. Dia yakin, makanan tradisional tidak kalah dengan makanan modern jika dikemas lebih menarik. (WIE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hari Ini, Pameran Saudi Tourism Authority Digelar di Kota Kasablanka

Hari Ini, Pameran Saudi Tourism Authority Digelar di Kota Kasablanka

Travel Update
5 Kampung Wisata di Surabaya, Ada Kampung Arab

5 Kampung Wisata di Surabaya, Ada Kampung Arab

Jalan Jalan
Kadispar Bali Soal Syuting Pick Me Trip: Boleh Promosi Wisata, Asal Ikut Regulasi

Kadispar Bali Soal Syuting Pick Me Trip: Boleh Promosi Wisata, Asal Ikut Regulasi

Travel Update
5 Tempat Belanja Oleh-oleh di Solo, Jawa Tengah, Awas Kalap

5 Tempat Belanja Oleh-oleh di Solo, Jawa Tengah, Awas Kalap

Jalan Jalan
Hotel Accor Tawarkan Paket Menginap dan Tiket Java Jazz Festival 2024

Hotel Accor Tawarkan Paket Menginap dan Tiket Java Jazz Festival 2024

Travel Update
5 Kota dengan Potensi Wisata MICE Tertinggi di Indonesia Menurut PHRI

5 Kota dengan Potensi Wisata MICE Tertinggi di Indonesia Menurut PHRI

Travel Update
 Angkringan Puncak Bibis, Angkringan dengan Sentuhan Modern

Angkringan Puncak Bibis, Angkringan dengan Sentuhan Modern

Hotel Story
630 Jemaah Umrah Berlebaran di Tanah Suci bersama Ustazah Oki Setiana Dewi

630 Jemaah Umrah Berlebaran di Tanah Suci bersama Ustazah Oki Setiana Dewi

Travel Update
Pemerintah Kota Bangkok Keluarkan Peringatan Panas Ekstrem

Pemerintah Kota Bangkok Keluarkan Peringatan Panas Ekstrem

Travel Update
Gunung Everest, Atap Dunia yang Penuh Sampah

Gunung Everest, Atap Dunia yang Penuh Sampah

Travel Update
Angkringan Timbangan Tebu di Yogyakarta yang Hits dan Wajib Dikunjungi

Angkringan Timbangan Tebu di Yogyakarta yang Hits dan Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
JAB Fest Kombinasikan Seni dan Literasi, Dipercaya Dongkrak Wisatawan Minat Khusus di DIY

JAB Fest Kombinasikan Seni dan Literasi, Dipercaya Dongkrak Wisatawan Minat Khusus di DIY

Travel Update
8 Oleh-oleh Khas Gorontalo, Ada Kopi hingga Kain

8 Oleh-oleh Khas Gorontalo, Ada Kopi hingga Kain

Jalan Jalan
Rencana Pemindahan Lukisan Mona Lisa, Apa Masih di Louvre?

Rencana Pemindahan Lukisan Mona Lisa, Apa Masih di Louvre?

Travel Update
5 Pusat Oleh-oleh di Makassar, Bawa Pulang Makanan atau Kerajinan Tangan

5 Pusat Oleh-oleh di Makassar, Bawa Pulang Makanan atau Kerajinan Tangan

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com